Bantul (ANTARA News) - Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan kekurangan guru sekolah dasar sebanyak 670 orang yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) akibat kebijakan moratorium atau penghentian penerimaan CPNS.

"Penghitungan itu berdasarkan jumlah guru yang akan memasuki usia pensiun pada 2011 ditambah guru yang pensiun pada 2012 mendatang," kata Kepala Badan Kepegawaian (BKD) Bantul, Maman Permana di Bantul, Rabu.

Menurut dia, kebijakan moratorium hingga 2012 nanti, itu sebenarnya tidak hanya menyebabkan kekurangan guru, melainkan juga tenaga teknis, namun diakui kekurangan guru sekolah dasar yang paling besar.

"Untuk tahun ini saja Bantul masih kekurangan guru sekolah dasar sekitar 360 orang, namun ditambah yang pensiun 110 orang maka menjadi sebanyak 470 orang, sedangkan pada 2012 nanti guru yang pensiun sebanyak 200 orang," katanya.

Ia mengatakan, kekurangan PNS termasuk guru sekolah dasar disebabkan karena Bantul pernah menghentikan sementara penerimaan CPNS, yakni pada 2005 hingga 2007 lalu, dan pada 2008 hingga 2010 telah menerima CPNS.

"Meski dalam tiga tahun terakhir ini menerima CPNS, namun kekurangan masih belum terpenuhi karena tiap tahunnya hanya menerima pegawai yang jumlahnya sebanding dengan guru yang pensiun sekitar 35 hingga 40 orang," katanya.

Menurut dia, Bantul tahun ini menghentikan sementara penerimaan CPNS atau moratorium hingga 2012, karena beban belanja pegawai yang saat ini mencapai 71 persen dari dana alokasi umum (DAU).

"Kebijakan tersebut tentu akan mempengaruhi kebutuhan PNS di Bantul, dan guru pada umumnya, karena sebagian besar kebutuhan pegawai pada posisi tenaga pendidikan atau guru sekolah," katanya.

Ia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan PNS tenaga teknis tersebut menurutnya selama ini disiasati dengan memaksimalkan pegawai yang ada, diantaranya tiap orang menangani dua pekerjaan.

"Untuk pegawai teknis masih mungkin dapat diatasi, namun untuk tenaga pengajar atau guru lebih sulit, dan sekolah selama ini merekrut tenaga honorer yang dibiayai sekolah bersangkutan," katanya. (ANT-068/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011