Salah seorang LO yang enggan disebut namanya, mengatakan mereka terpaksa "walk out" (WO) sekitar 15 menit dengan keluar dari gedung PSCC, karena memprotes sikap pelatih yang menilai remeh posisi LO.
"Kami protes karena aparat yang melatih itu melecehkan dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan," kata dia.
Menurut dia, aparat yang melatih mereka tersebut menilai LO tidak bisa apa-apa dan tidak patut menjadi pemandu SEA Games.
Padahal selama ini, LO telah berlatih secara optimal terutama dalam berbahasa Inggris, ujar dia.
Ia mengatakan, pelatih terkesan merendahkan LO, sehingga mereka ingin menggantinya dengan tenaga lain yang dinilai lebih baik.
Padahal untuk lolos menjadi LO tidak mudah, karena sekitar 700 petugas pemandu itu melalui sejumlah tahapan tes, kata dia lagi.
Beberapa LO itu mengemukakan, honor LO SEA Games itu terkesan diskriminatif dengan Jakarta yang mencapai Rp450 ribu per hari, tetapi hanya Rp150 ribu setiap hari untuk di Palembang.
Padahal, idealnya penetapan honor LO di daerah ini sama dengan Jakarta, ujar dia.
Syaidina, orang tua LO, mengaku sudah berulang kali mendengar dari anaknya bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari pelatih.
Semestinya, LO memang tidak memerlukan pelatihan secara ketentaraan, karena mereka bertugas untuk menjadi pemandu bukan keamanan, kata dia.
Dia mengharapkan, LO mendapatkan perhatian dari instansi terkait, agar mereka terkesan tidak dibiarkan.
Selama ini, LO cenderung dianggap remeh, padahal mereka menjadi ujung tombak menyukseskan SEA Games XXVI, ujar dia pula. (ANT-037/M033)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011