Ditopang oleh suku bunga kredit pinjaman yang rendah dan tahan inflasi, kinerja sektor perumahan diperkirakan masih positif sepanjang 2022...
Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Knight Frank Indonesia memperkirakan kinerja sektor perumahan masih positif sepanjang tahun ini.
“Ditopang oleh suku bunga kredit pinjaman yang rendah dan tahan inflasi, kinerja sektor perumahan diperkirakan masih positif sepanjang 2022 meskipun pertumbuhan harga terbatas karena pengembang cenderung menahan kenaikan harga sembari menghabiskan stok rumah siap huni dan insentif (PPN DTP) properti,” ujar Senior Research Advisor, Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Menurut dia, Jakarta tercatat sebagai salah satu kota yang memiliki pertumbuhan harga residensial positif di 1,4 persen pada kuartal IV-2021.
Hal ini juga seiring dengan indeks dari Bank Indonesia dimana pada data akhir 2021 yang menyatakan indeks pertumbuhan perumahan Jakarta berada di angka 1,42 persen.
Bank Indonesia juga menyatakan bahwa, indeks harga residensial Jakarta di kuartal I-2022 mengalami kontraksi, atau berada di angka 1,04 persen. Kondisi ini juga tercermin dari performa pertumbuhan harga residensial di Indonesia.
Sebelumnya Knight Frank Global dalam laporannya Global Residential Cities Index untuk periode kuartal IV-2021 mencatat pertumbuhan harga residensial di berbagai perkotaan dunia. Indeks tersebut menyebutkan bahwa rata-rata pertumbuhan harga tahunan di sejumlah 150 kota di dunia pada kuartal IV-2021 tercatat tumbuh sebesar 11 persen.
Angka tersebut bahkan tercatat sebagai yang tertinggi semenjak kuartal IV-2004, atau yang tertinggi selama 18 tahun ke belakang.
Amerika memiliki rata-rata pertumbuhan harga tertinggi di 15 persen, diikuti oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) yang tercatat memiliki rerata pertumbuhan hingga 11 persen.
Sementara itu, kawasan Asia Pasifik tercatat memiliki angka pertumbuhan di kisaran 9 persen.
Head of International Residential Research, Knight Frank Kate Everett-Allen mengatakan bahwa situasi lockdown yang berlarut menyebabkan warga Amerika Serikat berhasil menabung secara signifikan, diikuti juga dengan adanya peningkatan nilai ekuitas dari aset rumah yang mereka miliki.
"Kekayaan lebih tersebut akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang ditinggali ataupun untuk membeli properti kembali,” ujar Kate Everett-Allen.
Baca juga: Konsultan: 2022 diharapkan jadi tahun properti bergairah kembali
Baca juga: Kementerian PUPR: UU Cipta Kerja bakal pacu pembangunan perumahan
Baca juga: Pemerintah perlu cari terobosan atasi defisit perumahan
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022