Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana mengajak semua elemen untuk merawat kebinekaan yang merupakan warisan paling berharga bagi anak cucu di masa depan.
"Merawat kebinekaan sama halnya dengan merawat peradaban dan merawat masa depan Indonesia. Merawat Kebinekaan sama dengan mewariskan hal yang paling berharga bagi anak cucu kita di masa depan," kata Ahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Dia menjelaskan kebinekaan adalah ruh dari persatuan sebagai bangsa dan negara. Hal itu mampu melahirkan kohesi sosial sebagai amunisi bersama untuk terus melaju membangun Indonesia tercinta.
Baca juga: MK kabulkan sebagian gugatan Partai Garuda tentang UU Pemilu
"Kebinekaan adalah kekuatan. Sebaliknya bisa menjadi sumber perpecahan bangsa, jika kita tidak merawatnya dengan baik," katanya.
Dia mengingatkan agar jangan pula membenturkan Pancasila dengan agama. Semua agama mengajarkan kebaikan dan kemuliaan. Artinya, nilai-nilai agama bersesuaian dengan dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal itu disampaikan Ahmad sebagai pidato politik peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-7 Partai Garuda di Jakarta.
Baca juga: Partai Garuda dukung langkah KPK cegah korupsi
Ahmad mengatakan membangun daya saing bangsa merupakan pekerjaan besar lintas generasi, dibutuhkan kerja keras, sinergi, kolaborasi, kebersamaan, dan persatuan yang teguh antarsemua komponen bangsa.
Selain itu, dibutuhkan kepemimpinan yang visioner, kepemimpinan yang mempersatukan, kepemimpinan yang mampu melipatgandakan seluruh potensi, dan sumber daya yang dimiliki sebagai bangsa.
"Pemimpin besar, menghabiskan waktu, pikiran, dan tenaganya, bukan untuk memenangkan pemilu berikutnya melainkan untuk mempersiapkan generasi penerus," kata Ahmad.
Baca juga: Partai Garuda deklarasikan dukungan Fandi Utomo maju Pilkada Surabaya
Ahmad mengatakan demokrasi seharusnya menjadi "driving force" pembangunan dan kemajuan bangsa. Tetapi dapat pula membuat mundur ke belakang jika demokrasi dijalankan secara serampangan, apalagi jauh dari nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.
"Saya ingin menggunakan oksigen sebagai analogi. Kita tidak pernah memikirkan oksigen untuk kita bernapas dan bertahan hidup. Kita sering lupa berterima kasih kepada Tuhan atas tersedianya oksigen tersebut. Tapi sedikit saja berkurang oksigen yang kita hirup, seketika kita berteriak mencari pertolongan," jelas Ahmad.
Pewarta: Fauzi
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022