Jakarta (ANTARA News) - Di tengah serbuan barang-barang asal China yang masuk ke Indonesia setelah diberlakukannya kawasan perdagangan bebas (FTA), barang produksi Indonesia diyakini akan mampu bersaing dengan barang produksi negara tersebut.
"Indonesia telah siap menghadapi FTA, dan saya yakin barang-barang produksi dari industri kecil dan menengah Indonesia mampu bersaing dengan barang produksi China," kata Ekonom Universitas Waseda, Tokyo, Jepang Shujiro Urata, pada acara GOI-ERIA-Harvard Symposium, "Moving ASEAN Community Forward Into 2015 and Beyond," di Jakarta, Selasa.
Urata mengatakan bahwa sudah seharusnya Indonesia mengambil keuntungan dengan adanya kawasan perdagangan bebas itu, karena selain membuka pintu untuk barang masuk bisa juga sebaliknya yaitu memperluas ekspor barang dari Indonesia.
"Saya memahami banyak industri kecil dan menengah yang merasa berkeberatan dengan adanya kawasan perdagangan bebas itu, akan tetapi pemerintah harus mengambil langkah agar daya saing industri tersebut meningkat," kata Urata.
Dia menambahkan untuk meningkatkan daya saing dari kelompok industri kecil dan menegah di Indonesia ada berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan mempromosikan industri kecil dan menengah itu dengan baik.
"Dengan mempromosikan industri kecil dan menengah, saya yakin akan meningkatkan daya saing, bahkan apabila pemerintah juga membantu untuk mencarikan pasar bagi produk dari industri tersebut, akan jauh lebih baik," katanya.
Dia menambahkan, pemerintah Indonesia tidak perlu memberikan perlindungan berlebih pada industri kecil dan menengah, akan tetapi akan jauh lebih baik apabila meningkatkan daya saing industri tersebut.
Pada bulan Januari 2010 telah dilaksanakan kesepakatan FTA, barang-barang dari China telah masuk ke Indonesia tanpa dikenai bea masuk, dan mempertaruhkan industri lokal untuk bersaing dengan barang China yang harganya jauh lebih murah.
FTA melibatkan enam negara ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada tahap kedua tahun 2015, FTA melibatkan anggota lain, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Dengan adanya FTA tersebut, 90 persen produk China dan ASEAN akan menikmati tarif nol persen dan merupakan FTA terbesar yang pernah ada.
Total populasi yang dilingkupi FTA tersebut mencapai 1,9 miliar orang dan China telah menjadi mitra dagang ketiga terbesar ASEAN dengan total nilai perdagangan sebesar 230 miliar dollar AS pada tahun 2008.
China telah menandatangani FTA dengan Chile (2005), Pakistan (2006), Selandia Baru (2008), dan Peru (2009). Dalam waktu yang terhitung singkat itu juga terlihat banyak sekali perubahan dan perbaikan terutama perdagangan.
Tidak ada yang meragukan kemampuan ekonomi China, negara yang memiliki sejarah lebih dari 2000 tahun itu baru membuka diri terhadap ekonomi pro pasar 30 tahun lalu.
(T.SDP-11/S025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011