Surabaya (ANTARA News) - Duta Besar Pulau Komodo Jusuf Kalla membantah bahwa Yayasan "New7Wonders" atau N7W (Tujuh Keajaiban Dunia) akan merugikan Indonesia karena Indonesia tidak akan menjadi tuan rumah untuk deklarasi N7W dengan membayar "fee" sebesar 10 juta dolar AS.
"Nggak, kita nggak akan bayar (fee) itu, karena kita nggak ada menjadi host untuk semacam olimpiade N7W itu. Kalau pun kita harus mengeluarkan uang untuk kegiatan itu, maka hal itu akan dibayar beberapa pengusaha. Itu juga ada audit internasional," katanya di Surabaya.
Di sela-sela acara "Indonesia Better" (Rosianna Silalahi Goes to Campus) di Graha ITS Surabaya yang juga dihadiri Ny Mufidah Jusuf Kalla dan Direktur PT Tjiwi Kimia Edwin Suryalaksana itu, mantan Wapres itu menjelaskan bahwa N7W justru akan menjadi promosi murah untuk wisata Indonesia.
"Kalau Komodo menang, maka wisatawan dari seluruh dunia akan datang ke NTT. Kalau ada Unesco tidak mengakui juga tidak apa-apa, karena N7W memang bukan kegiatan terkait masalah warisan budaya, melainkan soal `keajaiban` yang berhubungan dengan wisata dunia," katanya.
Ia menegaskan bahwa Yayasan N7W sudah terbukti saat mempromosikan Tujuh Keajaiban Dunia yang pertama dengan Candi Borobudur ada di dalamnya. "Mereka sudah terbukti saat menyelenggarakan yang pertama. Itu mirip Indonesia Idol-lah," katanya.
Oleh karena itu, katanya, masyarakat Indonesia dan khususnya masyarakat NTT akan diuntungkan dengan keikutsertaan dalam N7W itu, karena ada promosi murah untuk wisata tingkat dunia.
"Pemerintah juga akan mempercepat pembangunan di sekitar Taman Nasional Komodo melalui pembangunan infrastruktur untuk akses ke sana menjadi lebih mudah," katanya.
Ketika berbicara dalam acara "Indonesia Better" itu, Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu juga mempromosikan "Vote Komodo" kepada ratusan mahasiswa yang memadati Grha ITS Surabaya hingga tribun atas.
"Banyak orang ke Pulau Komodo tapi justru untuk menjual komodo, karena itu kita sekarang mendukung komodo untuk kemajuan Pulau Komodo agar banyak dikunjungi turis dari seluruh dunia, meski komodo-nya juga nggak tahu," katanya, tersenyum.
(E011/D010)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011