Negeri tersebut sempat dilanda kekhawatiran kalau kejadian memalukan pada Commonwealth Games akan terulang, namun faktanya pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Formula Satu yang memadati Sirkuit internasional Buddh, terkesan dengan perhelatan akbar tersebut.
Para pebalap memuji trek tersebut yang menurut mereka halus dan cepat, sedangkan para penonton juga melihat trek tersebut sebagai fatamorgana di tengah kemiskinan India.
"Itu bagus, sangat bagus. Tidak ada masalah. Makanannya juga bagus, dan tersedia dalam jumlah yang cukup," kata Arindam Pal, seorang pekerja Teknologi Informasi dari New Delhi.
"Saya baru pertama kali menonton Formula Satu, jadi ini seperti mimpi yang menjadi nyata."
Bintang Boolywood datang ke tempat tersebut, yang anehnya dibangun di daerah gersang dekat New Delhi, sementara pemain-pemain kriket yang diidolakan India malah hanya sedikit mendapat publikasi dari media.
Helikopter membantu orang-orang super kaya untuk menaklukkan lalu-lintas, Chairman Virgin, Richard Branson, berbincang-bincang dengan bos F1 Bernie Ecclestone dan selusin gadis pembawa payung dengan rok mini berseliweran di sekeliling paddock.
Itu seperti sepotong adegan di Monaco, hanya saja terjadi di India yang reyot, di mana ratusan ribu orang hidup di bawah garis kemiskinan.
Di luar sirkuit, prajurit-prajurit berkumis dengan tongkat bambu panjang menjaga perhelatan tersebut. Sementara seekor keledai pincang tertatih-tatih di tepi jalan raya, dan sapi berputar-putar mengelilingi rangka bangunan tinggi yang akan segera menjadi pusat perumahan.
Disparitas antara pembangunan sirkuit yang sangat mahal, dengan kemiskinan yang terdapat di sekelilingnya, menjadi catatan tersendiri bagi ratusan jurnalis asing, dan bahkan para pebalap F1.
India juga mendapat peringatan mengenai kekacauan yang terjadi akibat melimpahnya kendaraan yang menuju sirkuit, dan konser Metallica, yang diorganisasi bersamaan dengan penyelenggaraan Grand Prix, dan kemudian dibatalkan di menit terakhir dan mengakibatkan kerusuhan.
Namun bagi penyelenggara Grand Prix yang merupakan pihak swasta, yang menghindari pihak pemerintah untuk membantu mereka, bahkan tidak mengundang menteri olahraga, ini adalah ajang untuk memperlihatkan kemakmuran, bukan hanya pada mereka, namun juga secara umum pada dunia.
"Ini bukan hanya mengenai Formula Satu. Setelah kegagalan Commonwealth Games, citra India merosot tajam," demikian pernyataan Presiden Federation of Motor Sports Clubs in India(FSMCI), Vicky Chandhok, tokoh penting di belakang proyek ini, kepada AFP.
"Semua orang harus memahami bahwa jika pemerintah harus membeli dua jam dari waktu siar (televisi) untuk proyek India di 200 negara dan 550 juta penonton, bayangkan biaya untuk melakukannya."
"Kini tidak ada biaya di bendahara, tidak ada biaya untuk orang-orang biasa di jalan, sektor swasta telah mengantarkan sesuatu pada India yang dapat dipakai untuk memamerkan dirinya sendiri."
Media-media India memberitakan perhelatan ini dengan amat masif. Times of India memberikan lima halaman penuh liputan, dan memberi judul "Dunia mengangkat gelas untuk India," sebagai tajuk utama di halaman depan.
"Hanya masalah waktu sebelum (negara) demokrasi terbesar di dunia, dengan kelas menengah yang terus tumbuh, dibawa pada perhelatan F1," demikian ditulis pada editorial surat kabar tersebut yang berjudul: "Formula kemenangan."
"Bukan hanya Sebastian Vettel, pemenang pada balap Minggu, yang merayakannya."
Penonton juga menangkap simbol dari balap ini, dengan mengatakan bahwa balap ini bukan hanya mendongkrak citra India, namun juga mendemonstrasikan perkembangan negeri tersebut.
"Ini hanya sebuah langkah menuju arah yang dituju India," kata Nitin Gandhi (34), seorang konsultan elektronik.
"Saya tidak akan mengatakannya sebagai titik balik, melainkan perkembangan India, pertumbuhan India. Sektor ekonomi mengerjakannya dengan baik, kini masyarakat bekerja keras dan ini adalah bagian dari budaya. Mari kita tetap menyusuri jalan tersebut, dan hal-hal baik akan terjadi."
Mengacu pada pendapat Presiden FMSCI, Chandhok, bahwa pengelenggaraan Grand Prix telah menarik pihak produsen mobil luar negeri serta perusahaan-perusahaan lainnya, yang akan melihat India sebagai tempat penuh potensi.
"Kami tetap berkata pada setiap orang, bahwa secara teknologi kami adalah negara paling berkembang di dunia. Kami memiliki demografi berusia muda, 65 persen populasi berusia di bawah 35 tahun. Maka kini kami akan berkata: `Hey pemuda, lihatlah Formula 1. Gunakan itu," yakinnya.
"Kamu dapat berjalan berkeliling dan berkata `kami menyelenggarakan Formula 1`. Saya pikir setelah ini, media India akan mendukung proyek ini dengan cara yang sangat positif. Dan saya pikir, Commonwealth Games akan segera dilupakan."
(H-RF)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011