Gianyar, Bali (ANTARA) - Dekranasda Gianyar, propinsi Bali membentuk asosiasi perancang busana guna mendorong dan memajukan karya dan prestasi busana tenun ikat.

"Bupati Gianyar Made Mahayastra telah menyerahkan surat keputusan untuk pendirian Asosiasi Perancang Nusana (ASPERB). Diserahkan kepada Dekranasda Gianyar bersamaan dengan pagelaran busana tenun ikat dengan latar belakang patung pahlawan Gianyar Kapten I Wayan Dipta," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Daerah Kabupaten Gianyar Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, dalam siaran pers Diskominfo Gianyar, Jumat.

Peragaan busana “Tembang Warni Ikat Gianyar“ merupakan ungkapan keberagaman kekayaan tenun di Gianyar yang terus berkembang dari zaman kerajaan hingga postmodern saat ini. Peragaan busana “menampilkan karya desainer anggota ASPERB Gianyar binaan Dekranasda Kabupaten Gianyar.

Ketua Dekranasda Gianyar yang akrab dipanggil Dayu Surya ini gencar mengikutkan perajin dalam pameran ataupun peragaan busana hasil perajin ataupun desainer Gianyar.

Anggota ASPERB seperti Dika Saskara, Shima Boutique, Cap Bali, Dian Jelantik, dan Andika Pagimotley mempersembahkan karya terbaik mereka yang dikenakan oleh model profesional.

Peragaan busana juga dilakukan oleh Ketua Forum Perangkat Daerah, Organisasi Wanita, Kepala OPD Perempuan, Kepala BUMD Perempuan, Istri Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan istri Kepala BUMD dengan balutan tenun khas Gianyar seperti Tenun Putri Ayu, Menggah Agung, Sri Sedana, Cap Togog, Cap Menuh, dan lainnya.

Baca juga: Dekranasda Gianyar buka "hybrid store" di Pasar Sukawati

Tenun Gianyar awalnya merupakan kain yang digunakan golongan bangsawan yang kini dimasyarakatkan. “Tenun Gianyar merupakan produk budaya yang awalnya hanya digunakan para orang tua dan kalangan bangsawan, tetapi kini sudah hampir sebagian besar masyarakat mengenakan busana tenun, baik untuk upacara, sembahyang ke Pura, pakaian ke kantor dan acara resmi lainnya,” tutur Dayu Surya.

Dayu Surya juga menceritakan asal muasal terciptanya tenun yang lahir di Desa Beng sebagai cikal bakal kelahiran tenun Gianyar pada tahun 1953.

Majunya kain tenun di Kecamatan Gianyar diikuti dengan usaha tenun di kecamatan yang lain. Pertenunan tersebut diantaranya terdapat di Desa Sukawati, Batuan, Blahbatuh dan Keramas. Seiring meningkatnya kecerdasan estetik para perajin, terutama desainer motif telah menyebabkan perubahan signifikan dalam perkembangan kemajuan produksi kain tenun.

Kabupaten Gianyar sebagai Bumi Seni memiliki kerajinan yang beraneka ragam yang dikenal secara internasional sehingga Kabupaten Gianyar telah dinobatkan sebagai Kota Kerajinan Dunia (Word Craf City) pada 9 Oktober 2018 dan pengukuhannya pada 22 April 2019. Kain tenun pucuk Gianyar sebagai ikon Kabupaten Gianyar menjadi harapan dan kebanggaan masyarakat setempat.

Baca juga: Kemenkop UKM gelar pelatihan tenun ikat di Gianyar

Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022