Bangli (ANTARA) - Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) terus menggencarkan sosialisasi terkait literasi digital di Provinsi Bali sebagai upaya mewujudkan ruang digital yang sehat dan berkeadilan menyongsong G20 di Pulau Dewata.

"Belum lama ini kami melaksanakan sosialisasi literasi digital yang dominan melibatkan anak-anak muda di wilayah Kintamani, Kabupaten Bangli. Ke depan juga akan menyasar wilayah lain," kata anggota Japelidi wilayah Bali dan Indonesia Timur Komang Agus Widiantara di Kintamani, Kabupaten Bangli, Jumat.

Ia mengatakan, literasi digital penting dilakukan mengingat sebanyak 73,7 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna internet aktif dan 68,9 persen di antaranya merupakan pengguna media sosial. Japelidi menggencarkan empat poin penting dalam literasi digital, seperti etika, kecakapan, keamanan, dan budaya digital.

Baca juga: Japelidi ajak masyarakat berempati saling lindungi data pribadi

"Salah satunya berbicara mengenai etika. Konteks etika adalah salah satu komponen yang penting diterapkan di dunia digital. Sama dengan dunia nyata. Banyak sekali sekarang netizen yang kurang beretika di dunia maya," katanya.

Mengenai keahlian/kecakapan adalah bagaimana kemampuan untuk memproduksi konten, bukan hanya sebagai konsumen. "Berbicara mengenai keagamaan digital yang urgen saat ini di mana banyak kasus pemanfaatan data untuk kejahatan siber dan berbagai penipuan-penipuan," kata Agus.

Salah satu poin yang sangat penting adalah budaya digital yang dimaknai sebagai perwujudan budaya dalam konteks kebhinnekaan guna melawan radikalisme dan intoleransi.

Baca juga: Japelidi: Antisipasi penipuan digital dengan pahami modusnya

"Di Bali sendiri kami lebih banyak melakukan literasi generasi muda utamanya para pelajar khususnya SMA/SMK. Ada dua wilayah di Bali dengan literasi digital kurang yakni Kabupaten Bangli dan Karangasem. Dua wilayah ini intensif disasar dalam kurun waktu tahun ini," kata dia.

Menurut dia, Japelidi terus melaksanakan berbagai program seperti penelitian, konferensi, seminar, lokakarya, dan publikasi yang menyasar berbagai kalangan pegiat digital.

Oleh karena itu, kata Agus yang juga seorang akademisi tersebut, G20 dengan Bali menjadi tuan rumah dan mengangkat isu digitalisasi adalah sangat strategis karena permasalahan dunia saat ini bukan hanya pada konteks ekonomi dan keamanan, tetapi juga informasi.

Baca juga: Japelidi berikan tips bedakan info akurat dan hoaks

"Banyak masalah yang dihadapi oleh berbagai negara dalam menghadapi luapan informasi yang sangat besar. Misalnya saja terkait dengan pandemi COVID-19. Infodemik menjadi salah satu titik acuan yang menjadi permasalahan banyak negara. Masyarakat dunia memberikan banyak respons dan tanggapan di tengah masifnya informasi dalam berbagai platform media massa," kata Agus.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/IMBA Purnomo
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022