Karakas (ANTARA News) - Venezuela, Jumat, menuntut Amerika Serikat berhenti mencampuri urusannya, setelah Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice mengatakan Washington ingin mencegah pengaruh Presiden Hugo Chavez dengan melobi sekutunya. Pertengkaran paling akhir antara Amerika Serikat dan salah satu penghasil utama minyak dunia, Venezuela, terjadi dua pekan setelah tokoh sayap kiri Chavez mengusir seorang atase Angkatan Laut AS, yang dituduh melakukan kegiatan mata-mata, dan Washington mengusir seorang diplomat Venezuela dalam pertikaian yang meningkat. "Dengan hormat, tapi dengan tegas, kami menuntut mereka berhenti mencampuri dan ikut campur dalam urusan Venezuela," kata Wakil Menteri Luar Negeri Mari Pili Hernandez --yang bertemu Jumat dengan beberapa pejabat dari Departemen Luar Negeri AS yang berkunjung. Hernandez mengatakan Kementerian Luar Negeri telah meminta penjelasan resmi mengenai komentar Rice dan bergabung dengan anggota parlemen yang menuduh Amerika Serika berusaha merusak kestabilan di Venezuela melalui berbagai protes dan pemogokan di sektor angkutan. Rice, Kamis, mengatakan Washington akan berusaha mencegah pengaruh anti-Amerika dari Chavez dengan merangkul sekutunya untuk melancarkan kebijakan anti-demokrasi, dalam apa yang disebutnya sebagai strategi "suntikan" guna menghadapi Chavez --yang bersekutu dengan musuh AS, Kuba. "Saya kira adil untuk mengatakan bahwa salah satu masalah terbesar yang kita hadapi mengenai itu ialah kebijakan Venezuela, yang sebagaimana anda katakan, berusaha mempengaruhi tetangganya agar menjauh dari proses demokrasi," kata Rice pada suatu acara dengar pendapat di Kongres. Ia menyatakan ia telah menghubungi beberapa pemerintah untuk secara terbuka mengecam proses pengadilan dengan tuduhan pengkhianatan terhadap para pemimpin suatu gerakan, Sumate --yang telah menerima dana AS dan membantu penyelenggaraan referendum 2004, yang gagal mendepak Chavez. Para pengeritik mengatakan pengadilan tersebut adalah hukuman politis oleh pemerintah yang kian otoriter, tuduhan yang dibantah oleh Chavez dan disebutnya sebagai propaganda. Jaksa penuntut umum mengatakan kelompok itu secara tidak sah menerima dana dari pemerintah asing. Chavez, yang dibentengi oleh hasil minyak yang berlimpah, telah mendekati tetangganya di Amerika Selatan dan menghimpun perasaan anti-AS melalui pesannya tentang revolusi sosialis sebagai pilihan bagi kebijakan pasar bebas dukungan AS. Sejak Chavez terpilih pada 1998, hubungan antara Washington dan Karakas telah bertambah buruk sekalipun Venezuela masih memasok 15 persen import energi AS. Chavez mencap Presiden AS George W. Bush sebagai "Si Bahaya" dan seringkali mengecam kebijakan imperialis AS. Beberapa pejabat AS mengatakan tentara yang menjadi presiden itu mengikis demokrasi di dalam negerinya dan berusaha merusak kestabilan wilayah tersebut, Reuters melaporkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006