Mogadishu (ANTARA News) - Sedikitnya 12 orang tewas Minggu ketika dua jet Kenya membom kota Jilib, Somalia selatan, kata penduduk dan pejabat, di tengah upaya negara Afrika timur itu membebaskan Somalia dari gerilyawan Al-Shabaab.
"Dua-belas warga sipil tewas, termasuk enam anak, dan 52 orang cedera setelah jet-jet Kenya membom kamp IDP (pengungsi internal) di kota itu," kata Mohamud Ali Harbi, seorang sesepuh setempat di Jilib, 120 kilometer sebelah utara kota pelabuhan Kismayu, lapor Reuters.
Emmanuel Chirchir, juru bicara militer Kenya, menyatakan belum bisa mengkonfirmasi laporan itu ketika dihubungi Reuters dan mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan operasional terbaru dari lapangan.
"Jet-jet Kenya membom dua tempat, sebuah pangkalan Al-Shabaab dan sebuah kamp IDP berdekatan," kata Hassan Abdiwahab, seorang warga di Jilib, kepada Reuters.
Namun, Al-Shabaab mengatakan, lima bom yang dijatuhkan ke tempat itu oleh pesawat-pesawat tersebut menghantam sebuah tempat perhentian bis, kamp IDP dan sebuah daerah di luar kota itu.
Seorang pejabat tinggi kelompok itu, Sheikh Muktar Robow Abu Mansoor, Kamis mendesak para pengikut mereka menyerang Kenya dengan "ledakan-ledakan besar" sebagai pembalasan atas operasi militer yang dilakukan bersama pasukan pemerintah Somalia.
Seruan itu disampaikan setelah dua serangan granat terjadi di Nairobi, ibu kota Kenya, yang menewaskan satu orang dan mencederai lebih dari 20 pada Senin. Militan yang tidak diketahui juga melancarkan dua serangan terhadap kendaraan-kendaraan di wilayah terpencil Kenya utara.
Pasukan Kenya pada Minggu (16/10) meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.
Senin (17/10), Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.
Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Kamis (13/10), dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari
kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011