London (ANTARA News) - Perdana Menteri Inggris David Cameron hari Minggu mendesak Sri Lanka mencapai kemajuan mengenai hak asasi manusia sebelum negara itu menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Persemakmuran pada 2013 untuk mencegah kemungkinan boikot.
Cameron mengatakan bahwa selama pertemuan kepala pemerintah Persemakmuran tahun ini di Australia, ia mendesak Presiden Mahendra Rajapakse menunjukkan Sri Lanka "tidak memiliki hal-hal yang disembunyikan" setelah berakhirnya perang saudara di negara itu, lapor AFP.
Menteri luar negeri Sri Lanka mengungkapkan, ia telah mencegah Kanada mengajukan pada pertemuan itu sebuah laporan komisi PBB yang menuduh militer Sri Lanka membunuh warga sipil pada 2009 selama tahap-tahap akhir pemberontakan Tamil.
Ketika ditanya dalam wawancara BBC dari Perth mengenai kemungkinan Kanada memboikot pertemuan 2013, Cameron mengatakan, "Saya membahas masalah ini dengan orang Kanada dan saya rasa kami memiliki pandangan yang sama, yaitu kami ingin melihat Sri Lanka berbuat lebih dalam masalah hak asasi manusia, kami ingin mereka berbuat lebih dalam hal rekonsiliasi setelah kekalahan Macan Tamil."
Dalam pertemuan dengan Rajapakse, Cameron mendesak Sri Lanka mencapai kemajuan sehingga pertemuan 2013 bisa diikuti oleh peserta dalam jumlah maksimum.
Ia menolak mengatakan apakah Inggris mungkin memboikot pertemuan Persemakmuran yang mencakup 54 negara itu.
"Pesan yang saya berikan: lihat, Macan Tamil sudah kalah, anda berada di pemerintahan, anda memiliki peluang kini untuk menunjukkan keluhuran budi dan juga menunjukkan proses rekonsiliasi serta menunjukkan kepada dunia bahwa anda tidak menyembunyikan sesuatu," kata Cameron.
Sri Lanka mengecam laporan komisi PBB sebagai "tidak masuk akal" dan mengatakan, laporan itu berat sebelah dan bergantung pada bukti subyektif dari sumber tanpa nama.
Sri Lanka menolak seruan internasional bagi penyelidikan kejahatan perang dan menekankan bahwa tidak ada warga sipil yang menjadi sasaran pasukan pemerintah. Namun, kelompok-kelompok HAM menyatakan, lebih dari 40.000 warga sipil mungkin tewas akibat aksi kedua pihak yang berperang.
Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.
Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.
Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.
PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.
Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011