Beijing (ANTARA News) - Ledakan gas di tambang batu bara di China tengah yang dioperasikan tanpa izin semestinya menewaskan 29 penambang, kata media negara Minggu, kejadian paling akhir dari serangkaian kecelakaan mematikan yang melanda industri tersebut.
Sebanyak 35 penambang sedang bekerja di Tambang Batu Bara milik negara Xialiuchong di kota Hengyang, provinsi Hunan, pada saat ledakan terjadi, persisnya pada Sabtu malam, kata kantor berita resmi Xinhua, lapor AFP.
Seluruh jenazah telah ditemukan. Enam penambang berhasil diselamatkan dan dalam perawatan di rumah sakit sehingga melegakan sanak saudara mereka, yang berkumpul di luar tambang menunggu kabar beritanya.
Tambang, yang dimiliki pemerintah kota itu, secara legal terdaftar, namun pemerintah provinsi membatalkan lisensi produksinya awal tahun ini karena kurangnya langkah pengamanan yang memadahi, kata televisi negara.
Ledakan terjadi menyusul percikan api dari bagian mesin sehingga menyalakan gas yang mudah terbakar yang telah memenuhi tambang tersebut, katanya.
Seorang pejabat biro keamanan tambang Hunan, yang dihubungi AFP, menolak memberikan komentar. "Saya tidak dapat mengatakan apapun kepada Anda, karena pekerjaan masih berlangsung."
Tambang yang berusia 40 tahun tersebut memiliki 500 karyawan. Sebanyak 160 pekerja sedang bekerja shift saat kecelakaan, namun hanya 35 orang yang sebenarnya berada di bawah tanah, kata televisi negara itu.
Lebih dari 40 orang terlibat dalam penyelamatan dan operasi pemulihan. Kepala badan keselamatan kerja pemerintah pusat, Luo Lin, dan gubernur Hunan Xu Shousheng telah bertolak ke tempat kejadian guna memimpin upaya-upaya tersebut.
Industri pertambangan China terkenal memiliki catatan keselamatan buruk dimana pertambangannya termasuk diantara yang paling mematikian di dunia.
Awal Oktober, ledakan gas di sebuah tambang batu bara di kota barat daya China Chongqing menewaskan 13 orang, sementara ledakan lain di provinsi utara Shaanxi menewaskan 11 penambang.
Pada 2010, 2.433 orang tewas dalam kecelakaan tambang batu bara di China, menurut statistik resmi -- dengan laju lebih dari enam pekerja per hari.
Kelompok HAM buruh mengatakan angka kematian sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, sebagian karena kurangnya pelaporan kecelakaan karena bos-bos tambang berusaha membatasi kerugian ekonomi mereka dan menghindari hukuman.
Karena pertumbuhan ekonomi China yang cepat menyebabkan permintaan energi, termasuk batu bara, melonjak, sejumlah bos tambang mempertaruhkan keselamatan pekerja pada posisi yang berisiko demi mengejar keuntungan. (K004)
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011