"Booster efektif banget untuk varian, subvarian maupun rekombinannya Omicron," kata Dicky Budiman yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis malam.
Dia mengatakan dosis penguat dapat bereaksi lebih optimal manakala diiringi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M, yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.
Menurut Dicky masyarakat tidak perlu resah dengan kemunculan subvarian tersebut, sebab mutasi virus merupakan hal yang lumrah terjadi saat virus bertahan hidup dari intervensi vaksinasi maupun program kesehatan masyarakat, seperti pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Varian baru sesuatu yang sudah bisa kami prediksi dan tidak aneh karena setiap pekan ada (mutasi), hanya situasinya silih berganti, yang bertahan punya kelebihan dari sisi kecepatan penularan maupun menurunkan efikasi antibodi," katanya.
Dicky mengatakan varian apapun bisa bertahan hidup bila memiliki karakteristik yang lebih cepat menular dan menginfeksi manusia maupun hewan.
"Selama varian virus tidak punya kemampuan seperti itu, dia akan sirna dengan sendirinya. Varian apapun yang bisa leluasa infeksi manusia akan memicu varian baru," katanya.
Dicky mengatakan untuk mendeteksi varian, rekombinan (gabungan varian) maupun subvarian baru diperlukan survailens genomik yang lebih intensif.
"Varian baru selalu ditemukan di negara yang kuat survailensnya, seperti Eropa, Inggris, Afrika Selatan, Amerika dan beberapa negara di Asia Pasifik atau negara berkembang dengan dominasi kasus. Itu bisa mendeteksi varian baru," katanya.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan Thailand telah mengonfirmasi temuan varian baru COVID-19, yaitu Omicron XE.
Terkait hal itu, Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa Omicron XE merupakan rekombinan dari dua varian Omicron yang sudah ada, yaitu BA.1 dan BA.2.
"Jangan terlalu khawatir, karena rekombinasi virus bukan merupakan hal baru dan sudah banyak terjadi, termasuk pada virus selain COVID. Terlebih lagi, ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh pada imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita," katanya.
Jika merujuk data awal penelitian, kata Wiku, kemampuan penularan Omicron XE sekitar 10 persen lebih tinggi dari Omicron BA.2. Akan tetapi, WHO sendiri menekankan perlunya penelitian lebih lanjut terkait temuan awal tersebut.
Sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan, varian yang pertama kali ditemukan di Inggris ini belum ditemukan di Indonesia.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022