Bogor (ANTARA News) - Guruh Soekarno Putra mengaku miris dengan tradisi bangsa Indonesia yang mengagumi dunia barat dengan menggunakan bahasa asing di negeri sendiri.
Menurutnya saat ini bahasa Indonesia tidak lagi menjadi tuan dirumahnya sendiri, tersingkirkan dengan bahasa asing.
"Kenyataan ini sudah tidak sesuai dengan Sumpah Pemuda. Dimana pemuda pada masa itu bersumpah, berbahasa satu bahasa Indonesia. Tapi kenyataannya generasi muda kita lebih senang menggunakan bahasa asing di negerinya sendiri," kata Guruh saat mengisi Dialog Budaya dihadapan puluhan siswa dan Guru SMA se-Kota Bogor bertempat di SMA Rimba Madya Ciomas, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Putra bungsu Presiden pertama Indonesia ini mengatakan, saat ini generasi muda Indonesia dengan bangga menggunakan bahasa asing dalam setiap event.
Remaja lebih suka kumpul-kumpul di restoran cepat saji seperti McDonald's, Starbuck, dan Pizza Hut. Jarang ditemukan, remaja-remaja yang mau kumpul-kumpul di restoran tradisional yang menjual menu asli Indonesia.
Tidak hanya itu, fasilitas pariwisata, seperti hotel dan tempat-tempat wisata lebih mendahulukan penggunaan bahasa asing dibanding bahasa negeri sendiri.
Seperti tulisan menu makanan, atau pemberitahuan di sebuah kantor jika ada perbaikan lantai. Papan informasi lantai sedang di pel bertuliskan bahasa asing.
"Kondisi ini dampak dari pemberitaan media yang memberikan tontonan kepada masyarakat tentang istilah-istilah asing. Sehingga masyarakat kita yang latah meniru, sehingga tidak sadar budayanya sudah di jajah," katanya.
Guruh mengatakan, menguasai bahasa asing baik untuk pengetahuan. Akan tetapi, hendaknya lebih mengutamakan penggunaan bahasa sendiri di negeri sendiri.
Menurut Guruh, bangsa luar juga sangat senang bila masyarakat Indonesia menggunakan bahasanya sendiri saat mereka berada di Indonesia.
Ketegasan pemerintah dalam menyikapi kondisi ini sangat diperlukan untuk menyelamatkan budaya bangsa. Pemerintah melalui kebijakannya dengan menginstruksikan menteri terkait untuk membudayakan bahasa Indonesia sebagai di negeri sendiri, kata Guruh. (KR-LR)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011