Jakarta (ANTARA) - Untuk meningkatkan cakupan imunisasi yang tertinggal, ahli menyarankan agar anak bisa diberi vaksin kombinasi atau suntikan ganda. Langkah ini pun dinilai tidak berbahaya.
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dalam webinar "Pekan Imunisasi Dunia 2022" pada Kamis mengatakan vaksin kombinasi atau suntikan ganda berguna untuk mempercepat jadwal imunisasi yang sudah tertinggal.
Vaksin kombinasi terdiri lebih dari satu antigen dalam satu kemasan, misalnya DPT-HepB-Hib, MR, OPV. Pemberian vaksin ganda sangat aman, efektif dan efisien serta sudah dilakukan oleh negara-negara lain.
"Imunisasi ganda itu pemberian secara bersama-sama. Ini sudah lama dipakai di luar negeri, WHO mengatakan sudah lama memberikan suntikan seperti ini di negara maju dan berkembang," ujar Prof. Sri.
Baca juga: IPA minta imunisasi rutin anak didahulukan sebelum vaksinasi COVID-19
"Di Indonesia mungkin belum populer tapi untuk mengejar kita akan memulai. Sebenarnya ini sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu di Yogyakarta tapi yang paling penting adalah sosialisasi kepada orang tua bahwa suntikan ini sangat aman," lanjutnya.
Prof. Sri menjelaskan pemberian vaksin kombinasi tidak menimbulkan efek samping yang berat. Antibodi yang masuk ke dalam tubuh pun akan beraksi bersama-sama.
Sedangkan jika diberikan satu per satu, membutuhkan waktu jeda minimal 2 minggu untuk membuat antibodi bekerja, dan baru bisa diberi vaksin lainnya. Menurut Prof. Sri hal ini dapat memakan waktu untuk anak yang telah tertinggal imunisasi.
Suntikan ganda juga bertujuan untuk mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan, khususnya selama pandemi COVID-19. Selain itu, anak dapat terlindungi secepat mungkin dari kondisi penyakit yang rentan.
"Suntikan ganda ini aman, tidak berbahaya. Kalau sudah terlambat, kalau disuntik satu-satu nanti malah makin terlambat," kata Prof. Sri.
Akan tetapi, pemberian suntikan ganda harus dilakukan secara lembut dan cepat. Suntikan dapat dilakukan pada bagian kiri dan kanan paha atau satu bagian saja namun memiliki jarak suntik minimal 2,5 cm.
Posisi bayi atau anak yang akan disuntik juga harus dalam keadaan nyaman dan sebisa mungkin dialihkan perhatiannya.
"Pemberian harus cepat sekali tidak boleh lama, jadi petugasnya harus mahir dalam melakukannya,".
Baca juga: Komnas KIPI: Penyakit serius usai imunisasi bukan karena vaksinasi
Baca juga: IDAI sebut efek samping usai vaksinasi COVID-19 pada anak hanya ringan
Baca juga: Jubir: Waspada potensi KLB akibat turunnya imunisasi anak saat pandemi
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022