Kalau di-breakdown bahan pokok dan energi, peningkatan harga terbesar adalah BBM (bahan bakar minyak) non subsidi, diikuti beberapa produk termasuk minyak goreng ...

Jakarta (ANTARA) - Kepala Danareksa Research Institute (DRI) Rima Prama Artha mengatakan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen mulai 1 April 2022 hanya menambah inflasi sekitar 0,2 sampai 0,4 persen year on year.

"Kalau di-breakdown bahan pokok dan energi, peningkatan harga terbesar adalah BBM (bahan bakar minyak) non subsidi, diikuti beberapa produk termasuk minyak goreng dan LPG non subsidi," kata Rima dalam virtual talkshow ​​​​​​"Tinjauan Ekonomi, Keuangan, dan Fiskal" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Inflasi pada 2022 diperkirakan berkisar 3,37 persen sampai 3,82 persen year on year atau masih berada dalam target Bank Indonesia di sekitar 2 persen sampai 4 persen year on year.

Baca juga: BI tegaskan kebijakan moneter tak respons "first round impact" inflasi

Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022 juga diperkirakan masih positif di sekitar 4,68 persen sampai 5,21 persen year on year, meskipun di tengah kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok masyarakat.

Sementara itu untuk kuartal 1 2022, Rima memprediksi pertumbuhan ekonomi masih cukup positif di sekitar 4,7 sampai 5,1 persen.

"Meskipun di tengah tekanan gelombang 3 pada kuartal I 2022, pemerintah berhasil mengatasinya sehingga tidak sampai mengalami Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4," katanya.

Baca juga: Emas menguat karena inflasi yang tinggi meningkatkan daya tariknya

Sementara itu suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan baru akan mulai ditingkatkan pada kuartal III dan IV 2022.

"Sampai kuartal I 2022 ini BI masih menjaga dengan suku bunga yang ada, kami proyeksi mulai kuartal III dan IV mungkin ada peningkatan," katanya.

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022