Greater Noida (ANTARA News) - Pebalap-pebalap Formula 1 yang terbiasa dengan kehidupan serba mewah, mengaku terkejut dengan kemiskinan yang ada di India.
Meskipun Sirkuit Internasional Budh telah siap menggelar Grand Prix India untuk pertama kalinya serta dilengkapi dengan banyaknya fasilitas mewah di sirkuit tersebut, namun hal itu tak mampu menyembunyikan kemiskinan yang terdapat di negara itu, lapor AFP.
Pebalap Inggris Jenson Button berkata bahwa kedatangan mereka ke India adalah hal yang `sulit` bagi para pebalap, yang begitu tersentak saat melihat sekilas kondisi di luar hotel mewah mereka.
"Kamu tidak dapat melupakan kemiskinan di India. Datang ke sini untuk pertama kalinya adalah hal yang sulit, kamu menyadari bahwa di sini terdapat pemisahan besar antara masyarakat sejahtera dan masyarakat miskin," kata Button.
"Mudah-mudahan balap di sini dapat membantu semua orang. Sangat bagus saat melihat bahwa kami memiliki banyak pekerja di sini, dan mudah-mudahan hal ini dapat sedikit membantu memudahkan hidup mereka."
Sementara mobil Formula 1 berseliweran di sirkuit baru tersebut, sepeda dan becak merupakan moda transportasi di luar sirkuit.
Tumpukan sampah yang terbakar membuat kota dan bangunan terlihat bobrok dan kumuh, sementara bau urin yang tajam memenuhi udara dan membuat masyarakat harus menyingkir ke sisi jalan.
Juara Formula 1 asal Jerman, Sebastian Vettel, menemui kehidupan miskin India saat ia berkendara 200 kilometer dari New Delhi ke Taj Mahal. Menurut Vettel, itu adalah pengalaman yang membantunya untuk tetap rendah hati.
"Hal itu tentu saja membawa kakimu kembali menjejak ke tanah dalam berbagai cara, membuatmu memahami banyak hal. Itu adalah inspirasi dan membuatmu menghargai apa yang kamu miliki," ujar Vettel.
Tontonan Formula 1 datang ke Greater Noida, sebuah kota satelit New Delhi yang kumuh. Hal ini membuat sebuah surat kabar Inggris menyebutnya sebagai `aneh` bahkan beberapa atlet menyebutnya `kriminal`.
Trek ini sendiri berada di Jaypee Greens Sports City, sebuah grup pengembangan bisnis baru yang menawarkan pada kelas menengah baru India untuk menjauhkan kemiskinan dari hunian mereka.
"Saya merasa sangat buruk, sebab bisnis hi-fi ini (Formula 1) tidak berbuat apapun pada 99 persen warga India. Ini adalah tindakan kriminal," kata mantan pelari gawang nasional India P.T. Usha.
"Pertama, kriket Twenty20 telah menghancurkan semangat olahraga India, and sekarang datang perwujudan lain yang akan menarik uang perusahaan, yang jarang dihabiskan untuk promosi olahraga. Hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan olahraga India."
Penembak Gagan Narang mengatakan bahwa tontonan Formula 1 adalah sesuatu yang sulit diraih mayoritas masyarakat India. Hal ini terlihat ketika penyelenggara balap memotong harga tiket agar sirkuit berkapasitas 120.000 orang itu dapat terisi penuh.
"Hadapi saja bahwa olahraga seperti itu bukan untuk semua orang. Hanya masyarakat dengan uang yang dapat mengaksesnya," ujar Narang.
"Saya dengar dari seorang teman Indiaku di luar negeri, bahwa GP India lebih mahal dari pada GP Singapura. Hal itu mengalahkan tujuan."
Vettel juga menaruh perhatian pada standar berkendara di jalan raya yang berbahaya di india, di mana pengendara motor sering memakai sisi jalan yang salah, dan tidak peduli terhadap rambu-rambu dan marka jalan. Hal tersebut membuat sekitar 340 orang mengalami kecelakaan setiap hari.
"Saya menanyakan pada pengemudi, bagaimana orang-orang di sini mendapatkan izin (mengemudi). Ia berkata kamu hanya perlu membayar dan mendapatkan izin tersebut."
"Hal yang lucu adalah, kami datang dari Eropa dengan begitu banyak aturan dan terkadang cukup sulit untuk terus taat pada aturan. Di sini, saya tidak akan mengatakan kalau kamu tidak memiliki aturan, namun mungkin hanya ada sedikit."
"Namun itu bekerja, kami tidak melihat tabrakan tunggal terjadi. Kami mungkin menyebutnya kacau, tapi ini adalah kekacauan yang terorganisasi."
Teman setim Button di McLaren, Lewis Hamilton, mengatakan kalau fans di India menunjukkan hasrat besar terhadap Formula 1. Dengan kata lain, fans-fans tersebut memberi keuntungan pada olahraga ini.
"Mereka betul-betul fanatik, mereka tergila-gila pada Formula 1," kata Hamilton.
"Energi yang saya dapatkan dari fans yang ada di sini, telah menjadi irama tersendiri bagiku. Terakhir kali saya berada di sini terdapat 5.000 orang, namun kemudian datang lagi 40.000 orang."
"Mereka sangat senang dapat melihat atau menyentuh saya, atau apapun. Mereka sampai melompati pagar. Itu hal yang benar-benar spesial. Saya berharap kami dapat melihat reaksi yang sama di sini." (RF/A016)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011