Status masih siaga sejak peningkatan aktivitas satu bulan laluKalianda, Lampung (ANTARA News) - Petugas pemantau Gunung Anak Krakatau, Hamdani, mengaku bahwa pihaknya kesulitan memantau gunung itu dengan visual mata karena kabut tebal sering menutupi badan gunung selama beberapa hari terkahir.
"Cuaca di perairan sering berawan dan hujan yang menghalangi pemantauan melalui visual mata," katanya di pos pemantau Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Jumat.
Ia mengatakan, gunung tersebut terkadang tampak samar-samar dan terkadang tidak tampak sama sekali begitu seterusnya setiap hari menjelang pergantian musim ini.
Menurutnya, pemantau saat ini hanya memantau aktivitas kegempaan melalui getaran yang disalurkan ke seismometer di pos pemantau.
Berdasarkan seismometer, katanya aktivitas kegempaan masih tinggi mencapai ribuan kali per hari dengan volume kegempaan antara tiga sampai empat kali dalam semenit dan terkadang dua kali dalam semenit.
"Jika dikalkulasi kegempaan Gunung Anak Krakatau mencapai sekitar 4.481 kali per hari," kata Hamdani.
Ia mengatakan, sampai saat ini belum ada letusan atau erupsi vulkanik dari puncak gunung itu meskipun aktivitas dapur magma masih tinggi.
Namun, jumlah kegempaan cenderung turun selama dari 6.000-an kali per hari menjadi 4.000-an kali per selama empat hari ini.
"Status masih siaga sejak peningkatan aktivitas satu bulan lalu," katanya.
Ia mengatakan, aktivitas gunung itu masih tinggi namun cenderung aman bagi warga yang tinggal terdekat.
Kemudian, nelayan juga msih tampak melaut di sekitar gunung tersebut pada malam hari meskipun aktivitas Anak Krakatau cukup tinggi dan berpotensi meletus meski berkekuatan rendah.
"Kami imbau nelayan dan wisatawan tetap menjaga jarak aman radius dua kilometer dari gunung tersebut," imbuhnya.
(ANT-048)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011