Istana Tampaksiring (ANTARA News) - Pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Republik Demokratik Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao antara lain menyerukan agar masyarakat internasional memberikan dukungan sepenuhnya terhadap Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) menyelesaikan permasalahan dua negara bertetangga tersebut. Pertemuan kedua kepala negara dilaksanakan di Istana Tampaksiring, Bali, Jumat siang. Rangkaian pertemuan meliputi pertemuan empat mata antara kedua kepala negara, mendengarkan presentasi dari dua ketua bersama KKP dan pertemuan bilateral antara kedua delegasi. Anggota delegasi Indonesia yang mendampingi Yudhoyono meliputi Menlu Hassan Wirajuda, Menko Polhukam Widodo AS, Mensesneg Yusril Ihza Mahendra, Panglima TNI yang baru, Marsekal Djoko Suyanto, dan Kapolri Jenderal Pol Sutanto. Sementara itu, Xanana didampingi oleh Menlu Timor Leste Jose Ramos Horta, Dubes Timor Leste untuk Indonesia Arlindo Marcal, dan Kepala Staf Kepresidenan Hermeneguildo Pereira. Mengenai laporan CAVR (Commisao de Acqhimento Verdade e Reconsiliacao), Presiden Yudhoyono hanya mengatakan bahwa Xanana telah menjelaskan kepada dirinya tentang penyerahan laporan itu ke Sekjen PBB Kofi Annan pada 20 Januari lalu. "Saya mengerti apa yang dilakukan oleh Presiden Xanana Gusmao karena sesungguhnya itu adalah masalah dan proses internal Timor Leste, dan antara Timor Leste dengan PBB," kata Yudhoyono. Namun pada kesempatan itu, Yudhoyono mengatakan bahwa ia menyimak pidato Xanana di depan Dewan Keamanan PBB berkaitan dengan dokumen tersebut. Dalam pidatonya, Xanana secara gamblang menyatakan terus melanjutkan proses penyelesaian masa lalu antara Indonesia dengan Timor Leste dilaksanakan melalui KKP, katanya. "Yang penting bagi saya, kita pertahankan komitmen dan kesepakatan kita. Masalah selesai dengan keadilan, kebenaran, dan rekonsiliasi tapi kita tidak mengorbankan kepentingan dan harapan dua bangsa untuk menjalin hubungan yang lebih baik ke depan," katanya. Presiden Yudhoyono mengatakan, pertemuan bilateral merespons dan menanggapi hasil kerja KKP. Kedua belah pihak, katanya, mendorong KKP bisa bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan masa lalu di Indonesia dan Timor Leste secara tepat. Laporan CAVR yang disampaikan Xanana kepada Sekjen PBB pada 20 Januari itu antara lain menyebutkan bahwa telah terjadi pembantaian terhadap 102.800 warga Timtim dalam kurun waktu 24 tahun, yakni ketika Timtim masih bergabung dengan Indonesia (tahun 1974-1999). Sekitar 85 persen dari pelanggaran HAM, menurut CAVR, dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Dokumen itu juga mengatakan bahwa militer Indonesia berusaha membasmi warga Timtim dengan meracuni makanan dan air menggunakan bom napalm dan bahan kimia lainnya. Dalam rekomendasi CAVR juga disebutkan tentang perlunya memperbarui kontrak hakim-hakim internasional untuk Special Panels for Serious Crimes sehingga bisa mengadili semua pelaku kejahatan antara tahun 1975 hingga 1999. CAVR adalah badan-non pemerintah Timor Leste dan Xanana sendiri telah menegaskan bahwa pemerintahnya menganggap Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) sebagai satu-satunya jalan keluar bagi sejarah kelam masa lalu Indonesia-Timor Leste. Dalam pertemuan itu, dibahas pula perlunya kerjasama di sekitar perbatasan. Yudhoyono mengatakan, telah terjadi insiden di perbatasan kedua negara. Kedua negara juga telah melakukan investigasi gabungan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi serta memberikan sanksi hukum bagi yang bersalah. Pertemuan kedua kepala negara itu juga sepakat untuk mengadakan pertemuan kembali antara kedua pemerintahan untuk mewujudkan kerjasama yang lebih konkrit, terutama di bidang investasi dan ekonomi. Mengenai perbatasan kedua negara, Yudhoyono mengatakan, hal itu telah dapat diselesaikan 97 persen. Ia mengatakan, selain menyelesaikan perbatasan kedua negara, yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan pengelolaan perbatasan agar tidak terjadi permasalahan. Sementara itu, Xanana mengatakan, pertemuan bilateral membahas berbagai persoalan kedua negara. Kedua pihak sepakat meningkatkan kerjasama di segala bidang. Terkait dengan masalah laporan KKP, Xanana mengatakan, ia puas dengan laporan tersebut. "Saya katakan mereka (KKP) sudah melakukan yang terbaik," kata Xanana. Kedua negara, katanya, mendukung dan akan terus membantu KKP agar bisa melaksanakan mandat yang diberikan kepada komisi tersebut. Ditanya mengenai laporan CAVR, Xanana hanya meminta wartawan yang bertanya untuk menyimak apa yang telah disampaikannya di Parlemen negaranya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006