Jayapura (ANTARA News) - Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) provinsi Papua, Anthonius Ayorbaba SH M.Si, mendesak semua pihak di wilayah itu untuk mengedepankan konsepsi Papua tanah damai dalam menyikapi konflik yang terjadi saat ini.
"Sebagai Ketua DPD GAMKI Provinsi Papua, saya mendesak semua pihak di wilayah ini untuk mengedepankan pendekatan memahami konsepsi Papua tanah damai untuk menyikapi konflik yang sering terjadi," katanya di Jayapura, Jumat.
Ia mengatakan, konsep damai yang ada selama ini belum dimaksimalkan dengan baik oleh semua pihak dalam pelaksanaan ataupun implementasi guna menghadapi konflik di tanah yang kaya akan bahan tambang itu.
Realisasi Papua tanah damai itu, seharusnya menjadi semangat yang harus dipahami dan dimengerti oleh semua pihak, sehingga damai yang diidam-idamkan bisa segera terwujud dan menjadi unsur yang utama untuk menata pembangunan menuju Papua yang sejahtera.
"Saya pikir kondisi Papua hingga hari ini menjadi suatu hal yang kontraproduktif dan juga menjadi sebuah fakta yang paradoks, karena di satu sisi bahwa hari ini di Papua, semua unsur, semua elemen, semua pihak baik itu pemerintah daerah, TNI/Polri telah menetapkan konsensus Papua tanah damai tetapi belum dilakukan dengan efektif," katanya.
Pria berkaca mata itu mengatakan, hal yang terpenting adalah semua pihak harus bisa mengerti apa itu arti kata damai. Dengan memahami dan mengerti arti kata damai, maka dalam setiap mengambil sebuah kebijakan ataupun keputusan untuk menghadapi suatu konflik, maka hal itu bisa menghindarkan pada suatu persoalan yang baru.
Selain itu, semua pihak yang berkepentingan di Papua juga harus bisa menahan diri dalam menghadapi suatu permasalahan, sehingga dalam melahirkan suatu keputusan tidak tergesa-gesa ataupun menimbulkan suatu konflik yang baru lagi.
"Konsep damai ini, harus dipahami dengan baik, sehingga bisa menghasilkan suatu keputusan yang bijak dan arif dalam menghadapi konflik. Bukan nantinya melahirkan suatu konflik yang baru lagi," katanya.
Mantan Kalapas Abepura itu juga menilai sejumlah peristiwa ataupun kekerasan yang berujung pada kematian dan kerugian materi beberapa pekan terakhir di Papua patut disayangkan sekali.
Pascapembubaran atau pun penangkapan sejumlah tokoh Papua Barat di Kongres Rakyat Papua III di lapangan sepak bola Wizli/Zakeus Abepura-Padang Bulan pada Rabu (19/10) lalu terjadi penembakan dan penyerangan di Timika, Kabupaten Mimika terhadap tiga orang sipil yang salah satu di antaranya pekerja anak perusahaan PT Freeport.
Hal itu berujung pada penemuan tiga mayat di sekitar gunung/bukit Abepura-Padang Bulan, sekitar 300 meter di belakang Makorem 172/PWY.
Selain itu juga terjadi penembakan AKP Dominggus Awes, Kapolsek Mulia, Kabupaten Puncak Jaya di bandara udara Mulia oleh dua orang yang tak dikenal.
"Patut disayangkan, semua pihak harus ikut bertanggung jawab, termasuk negara," katanya.
Untuk itu, ia mengajak semua pihak di Papua mulai dari pihak eksekutif dan legislatif, TNI/Polri, dan kelompok berkepentingan untuk bersama-sama, bahu-membahu membangun Papua dengan semangat kedamaian, dengan kondisi/realita tanah Papua yang membutuhkan sebuah kerja keras, komitmen bersama, dan kerja sama.
"Mari, secara bersama-sama bangun Papua dengan spritualitas kedamaian menuju masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang adil dan makmur serta jauh dari konflik kepentingan. Jadikan Papua tanah damai untuk rumah bersama," tambahnya. (ANT-185/E011)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011