Jakarta (ANTARA News) - Sebuah buku tentang komunikasi pemasaran berjudul "Integrated Marketing Communication (IMC) that Sells" diluncurkan di Jakarta, Kamis.
"Buku ini merupakan kristalisasi dari pengalaman selama 30 tahun menggeluti dunia komunikasi pemasaran," tutur Direktur Utama Dwi Sapta Group, Aloysius Adji Watono dalam bedah buku dan konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Sementara itu, putri Aloysius Adji yang merupakan Direktur Dwi Sapta, Maya Carolina Watono menerangkan, buku ini merumuskan konsep integrated marketing Communication (IMC) secara holistik/menyeluruh dan sistematis.
Rumusan itu adalah filosofi, prinsip dan praktek (philosophy, principles and practices /3P)
Sementara itu, pengamat bisnis dan pemasaran, Yuswohady mengatakan buku ini memiliki posisi unik di industri komunikasi pemasaran Indonesia karena merupakan buku pertama yang mengulas konsep kerangka kerja secara komprehensif.
Yuswohady mengatakan Dwi Sapta adalah agensi lokal pertama yang mengurai dan memecahkan persoalan-persoalan dalam permerkan (branding) dan komunikasi periklanan.
"Hampir semua agensi periklanan di Indonesia tidak memiliki model kerangka kerja sistematis semacam ini. Model kerangka kerja seharusnya menjadi "jantung" dari operasi sebuah agensi komunikasi/periklanan," tambah Yuswohady.
Adji Watono mengatakan buku ketiga ini merupakan puncak dari dua buah buku yang ditulis sebelumnya yaitu "advertising that sells (2006)" dan "Advertising that makes money (2008)".
"Buku pertama memaparkan sembilan prinsip Dwi Sapta dalam menghasilkan iklan yang menjual. Sedangkan buku kedua, ide periklanan yang menjual itu dielaborasi (dijabarkan, red) lagi lebih jauh dengan praktik-praktik kewirausahaan dan kepemimpinan yang dijalankan dalam membesarkan Dwi Sapta," jelas Adji Watono.
Yuswohady mengatakan sebetulnya nilai jual bukan terletak pada buku atau kerangka kerja formal Dwi Sapta tapi dari budaya kerja mereka.
"Kerangka kerja ini menjadi sangat krusial bagi sebuah agensi komunikasi/periklanan karena menjadi dasar pendekatan dalam menemukan persoalan-persoalan yang dihadapi klien, menerjemahkannya menjadi tujuan komunikasi produk dan kemudian merancang sebuah kampanye komunikasi terintegrasi untuk memecahkan persoalan tersebut," jelas Yuswohady. (FJL)/A011)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011