Jakarta (ANTARA) – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional atau PRN diyakini mampu menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi di industri asuransi dan reasuransi nasional.
Hal itu diungkapkan Beatrix Santi Anugrah yang per 10 Maret 2022 ditetapkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi Indonesia Re yang baru. Keputusan itu termuat dalam Salinan Surat Keputusan Menteri BUMN No: SK-73/MBU/03/2022.
Selain Beatrix, pemerintah juga menunjuk Delil Khairat sebagai Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, serta Reza Yamora Siregar sebagai Komisaris Independen Indonesia Re.
Beatrix menjelaskan bahwa pemerintah selaku pemegang saham penuh Indonesia Re mengamanatkan transformasi di tubuh perusahaan reasuransi pelat merah ini. Pemanfaatan teknologi informasi dalam industri asuransi dan reasuransi sudah sangat penting. Teknologi informasi merupakan peluang terjadinya transformasi dan peningkatan produktifitas bisnis melalui penggunaan teknologi informasi yang tepat, pemilihan aplikasi yang mendukung dan memberikan nilai tambah pada proses bisnis serta pengembangan sistem teknologi yang berorientasi pada kebutuhan nasabah, dalam hal ini ceding company. Transformasi ini juga akan membantu upaya reaktivasi arahan dan kebijakan pemerintah melalui pembentukan PRN di tubuh Indonesia Re yang nantinya mengarah pada pembentukan holding BUMN di sektor reasuransi, jelasnya.
Di sisi lain, jelas dia, transformasi yang menjadi pesan pemerintah itu diharapkan membuat Indonesia Re mampu menjadi technology leader di bidang asuransi dan reasuransi nasional.
Beatrix mengatakan tengah mengupayakan proses transformasi di bidang pengembangan bisnis (business development) dan teknologi informasi (TI). “Jadi, amanat sebagai direktur pengembangan dan teknologi informasi ini menyiratkan pesan yang jelas, mengintegrasikan arah pengembangan perusahaan secara group, melalui reaktivasi pembentukan PRN, optimalisasi pengelolaan perusahaan anak, revitalisasi peran Indonesia Re Institute untuk bersinergi dan proaktif dalam mewujudkan inovasi, learning dan research institute yang berkualitas sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi industri perasuransian serta menjadi technology leadership di industri reasuransi. Intinya tranformasi harus dilakukan,” jelasnya, Rabu (6/4/2022).
Sementara terkait transformasi TI, Beatrix mengatakan Indonesia Re melalui program Indonesia Re digitalisasi menetapkan dua belas initiative digital termasuk di dalamnya sistem e-office, e-service platform, sistem Investasi dan AI Project. Seluruh initiative dilakukan dengan mempertajam peran digitalisasi di tubuh Indonesia Re yaitu Indonesia Re Data warehouse yang berperan dalam menyimpan data secara historical dalam bentuk data mart bisnis, Core system berperan sebagai system inti pada proses bisnis, Support system berperan dalam proses administrasi bisnis yang berbasis paperless, ready on demand dan terdigitalisasi. Analytical services berperan melakukan Analisa data secara internal dan external untuk menghasilkan peluang baru, insight, profile dan added value sebagai solusi reasuransi dan Dashboard & Client portal yang komprehensif dalam menyajikan data bisnis real time.
Untuk merealisasikan transformasi di bidang IT itu, Beatrix menegaskan bahwa teknologi akan berperan dominan di Industri asuransi dan reasuransi, “Jelas saya sampaikan di awal, nantinya teknologi akan lebih dari sebagai support system, peran teknologi menjadi dominan dalam industry asuransi dan reasuransi. Karena transformasi digital akan membawa teknologi menjadi gesture dari bisnis asuransi dan reasuransi.”
Pasalnya, Beatrix mengatakan industri asuransi dan reasuransi dalam seluruh proses bisnisnya akan mengarah pada digitalisasi. “Dan ini harus diantisipasi sejak sekarang, melalui upaya melakukan transformasi”, jelasnya.
Dengan begitu, dia meyakini ke depan Indonesia Re mampu melakukan transformasi di bidang IT dan sebagai PRN mampu menjadi technology leader yang menopang industry asuransi dan reasuransi yang memberikan solusi untuk seluruh proses bisnis industri secara digital.
Sebagai informasi, Beatrix memiliki latar belakang karir 23 tahun di bidang finansial dan perbankan.
Posisi terakhir dalam karir wanita kelahiran Jakarta, 1971 ini adalah Vice President Head of Wealth Management & Pension Fund pada Strategic Investment & Subsidiaries Management Group di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada 2018 – 2019.
Pemilik gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti Jakarta Jurusan Ekonomi (Akuntansi) dan Magister Manajemen dari Universitas Pelita Harapan itu sempat menepi dari aktivitas kerja sekitar dua tahun sebelum mendapat tawaran dan ditetapkan sebagai Direktur Pengembangan dan Informasi Teknologi Indonesia Re.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022