Tangerang (ANTARA News) - Kementerian Riset dan Teknologi menargetkan untuk menghasilkan tiga ribu sarjana strata tiga setiap tahunnya dalam rangka menjadikan Puspiptek sebagai rujukan untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
"Bahkan, mampu juga menghasilkan 10 hingga 20 pusat unggulan riste nasional hingga 2014," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta ditemui usai membuka Rakorna Ristek 2011 di Puspiptek, Serpong, Tangerang, Kamis.
Dikatakannya dalam rangka mewujudkan, Kemenristek akan melakukan pembinaan kepada peneliti muda serta rekrutmen untuk nantinya dilakukan peningkatan jenjang.
Pasalnya, Iptek menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi suata bangsa yang tidak bisa dilepaskan. Apalagi, Indonesia memiliki peran besar dalam perekonomian global seperti tahun 2008 yang mampu melewati krisis ekonomi global.
Tak hanya itu, pemerintah juga baru mencanangkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dalam rangka menjadi Indonesia sebagai negara maju dan menjadi 10 negera besar dengan pertumbuhan ekonomi tinggi pada tahun 2025 mendatang.
"Perkembangan tersebut harus juga diimbangi dengan perkembangan riset agar tidak terjadi kemerosotan barang ekspor karena teknologi rendah," katanya.
Dikatakannya bila berdasarkan indeks daya saing, kemampuan teknologi indonesia tertinggal dibandingkan negara Asean lainnya.
Indonesia berada di peringkat 46 atau dibawah Malayasia pada posisi 21, Singapura peringkat kedua, Thailand peringkat 39 dan Brunei Darussalam peringkat 28.
Lalu, Indonesia juga belum memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pembentukan keunggulan dalam meningkatkan daya saing.
Dalam laporan pembangunan manusian yang dikembangkan oleh United Nations Development Programme tahun 2010, Indonesia berada di peringkat 110 dibawah Singapura yakni posisi 27, Malaysia posisi 57, Thailand posisi 92 dan Filipina posisi 99.
Maka, dengan data tersebut perlu dilakukannya peningkatkan terhadap teknologi di Indonesia. Apalagi, pemerintah sedang mengadakan beberapa proyek bear seperti energi 1000 MW, program E-KTP, pengembangan pesawat tempur.
"Jangan sampai Indonesia menjadi pasar bagi teknologi asing atau industri nasional hanya merakit tanpa kemampuan untuk mengembangkan desain sendiri," katanya.
Sementara itu, dari data Puspitek, jumlah peneliti nasional tahun 2009 yang melakukan Litbang berjumlah 62.995 orang meliputi 58 persen peneliti, 23 persen teknisi dan 19 persen staf pendudukung. Jumlah tersebut bila dibandingkan Malaysia, Singapura dan Thalaind, maka Indonesia unggul.
Hanya saja, jumlah publikasi Internasional Indonesia tahun 2010 berjumlah 1.195 publikasi dan 115 paten.
Sedangkan Thailand tahun 2009 memiliki 2.552 publikasi dan Malayasia 204 paten pada tahun 2010.
"Dapat dikatakan produktifitas Litbang nasional masih rendah dan masih banyak peneliti yang belum optimal menghasilkan output," katanya.
Mengenai pendanaan, Menteri menuturkan anggaran Iptek tahun 2011 berkisar Rp 10 Triliun yang tersebar di 35 kementrian/LPNK.
"Angka tersebut terbilang besar bila kegiatan riset terfokus dan terpadu. Tetapi, angkanya menjadi kecil bila kegiatan riset hanya sektoral," katanya.
Meski diakuinya bila angka tersebut meningkat, akan tetapi persentasi masih lebih kecil dari 0,1 persen GDP. "Ini menjadi tantangan agar investasi R&D mencapai satu persen dari GDP dengan membangun kepercayaan industri atau swasta," katanya.
(ANT-154/Z003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011