"Buku ini mengabadikan pengalaman penulis di Lima Gunung, misalnya ketika Studio Mendut menjadi sekolah, suatu hari ada pelajaran tentang bahasa Jepang dan Inggris," kata redaktur harian Kompas, Hariadi Saptono pada peluncuran buku "Konon" di Studio Mendut, di Magelang, Rabu.
Buku setebal 299 halaman ini merupakan artikel lepas penulis yang pernah disiarkan di Kantor Berita ANTARA. Selama sepuluh tahun Hari Atmoko menjelajahi gunung dan desa-desa di wilayah Magelang.
Penulis mencatat dan mengumpulkan sebuah perjalanan praktik kesenian yang berlangsung dan dilakukan di wilayah gunung-gunung di Magelang, yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan pegunungan Menoreh.
Penulis menata serpihan-serpihan bentangan mozaik kesenian masyarakat dusun di wilayah lima gunung dengan mendalami wujud kebersahajaan pikiran, impian, dan campur aduk beragam kepentingan ekspresi budaya.
Hariadi menilai penulis mampu menampilkan detail-detail yang utuh sehingga bisa menjadi studi antrolopogi. "Hal ini merupakan pengawetan fakta sejarah yang luar biasa," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Yusuf Chudlori menyampaikan terima kasih kepada penulis, pada masa mendatang masyarakat Magelang akan mengetahui kegiatan seniman Lima Gunung melalui buku tersebut.
"Saya berterima kasih kepada Hari Atmoko, karena melalui buku ini saya yakin anak-anak saya dan anak-anak Magelang akan tahu polah tingkah zaman mbiyen (dahulu) ada seniman atau budayawan Tanto Mendut, Ismanto, dan banyak sejarah yang dipetik dari buku Konon," katanya.
Ia mengatakan, kesadaran tentang dokumentasi perlu dibangun teman-teman dari media. "Dengan kesadaran tersebut Hari Atmoko mampu merekam dan mendokumentasikan suatu peristiwa dengan baik," katanya.
Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Jawa Tengah Ahmad Zaenal yang ikut menghadiri peluncuran buku tersebut mengatakan, bagi wartawan buku merupakan mahkota, karena setiap hari bergelut denga kata-kata.
Ia mengatakan, Hari Atmoko yang pernah bertugas di Timor Timur ini sebagai wartawan yang tulisannya menyoroti produk dari bawah.
"Kantor Berita ANTARA memberi ruang untuk tulisan bertema seni, semoga rekan lain bisa menulis buku, kompilasi dengan tema sama menjadi sebuah buku dokumen. Selama ini tidak banyak wartawan yang telaten mengumpulkan karya lama menjadi buku," katanya.
Hari Atmoko mengatakan gerakan kebudayaan masyarakat lima gunung juga merespon isu-isu nasional, peristiwa alam, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan membawa pesan kemanusiaan serta persaudaraan antarsesama termasuk berbasis pluralisme yang dikembangkan Gus Dur.
Ia mengatakan, buku "Konon" merupakan kumpulan artikel spektrum terkait aktivitas seni budaya tingkat lokal di Magelang dalam lima tahun terakhir.
Pengantar buku "Konon" oleh Presiden Lima Gunung yang juga pengajar program pascasarjana ISI Yogyakarta, Sutanto Mendut dan dosen ISI Surakarta yang saat ini sedang penelitian tentang lima gunung untuk program doktornya, Joko Aswoyo.
(U.H018/M027)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011