Jakarta (ANTARA News) - Vertigo atau kehilangan keseimbangan akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari manusia, walaupun tidak menimbulkan rasa sakit pada organ tubuh lainnya. Ketika kambuh, penderita vertigo akan mengalami kesulitan berdiri dan bergerak karena merasa sakit kepala luar biasa hingga dunia tampak berputar, bahkan kerap kali disertai dengan rasa mual dan muntah.
Dr. Entjep Hadjar, Sp. THT-KL dalam peresmian Klinik Terpadu Vertigo di Rumah Sakit Asri, di kawasan Duren Tiga Jakarta Selatan, Rabu. menjelaskan, bahwa penyebabnya bisa dari gangguan syaraf, penyakit dalam serta telinga, hidung, tenggorokan (THT).
Beberapa faktor yang menyebabkan vertigo antara lain karena serangan migren, radang pada leher, mabuk kendaraan, infeksi bakteri pada alat pendengaran dan kekurangan asupan oksigen ke otak. Kelainan pada telinga juga sering menjadi penyebab, termasuk pula kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba, gangguan di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak maupun di dalam otaknya sendiri.
Secara garis besar, penyebab umum dari vertigo adalah keadaan lingkungan, obat-obatan, kelainan sirkulasi, gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak. Kelainan di telinga seperti endapan kalsium pada salah satu kanal di dalam telinga bagian dalam,
iInfeksi telinga bagian dalam karena bakteri, infeksi labirin di dalam telinga.
Selanjutnya karena peradangan saraf vestibuler, penyakit Meniere serta kelainan neurologis seperti patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya, tumor otak dan tumor yang menekan saraf vestibularis.
Menurut Dr. Entjep Hadjar, dari 781 penderita vertigo, sebagian besar diantaranya, yaitu 219 orang, 28,3 persen diantaranya mengalami penyakit batuan kecil (debris) pada alat keseimbangannya.
"Dari data penelitian saya lima tahun lalu, menunjukkan bahwa penyakit debris pada ruang otak yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh manusia atau yang disebut dengan vertigo debris menjadi penyebab utama vertigo," katanya.
Vertigo debris terjadi karena terdapat gangguan debris pada ruang berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Hal tesebut disebabkan oleh sensor keseimbangan (Otolith) memiliki berat jenis yang lebih besar dari cairan endolymph.
Alat keseimbangan manusia bersifat dinamis sehingga sangat mudah terangsang oleh gerakan putaran kepala kita. Bila memutarkan kepala, cairan endolymph akan ikut bergerak merangsang alat keseimbangan untuk beradaptasi. Bila terdapat debris pada alat keseimbangan, maka cairan endolymph akan mengalami gaya dorong yang lebih besar dari yang seharusnya dan merangsang alat keseimbangan dengan daya rangsang yang lebih besar. Hal ini biasa disebut dengan vertigo posisi atau dalam istilah kedokteran disebut dengan BPPV atau vertigo posisi paroxysmal jinak.
Selanjutnya, dikembangkan metode pengobatan bernama Hallpike Manouver yang terdiri dari dua cara yakni pertama menghancurkan debris dengan menggunakan vibrator yang ditempel pada kepala penderita. Selain untuk menghancurkan debris, vibrator juga digunakan untuk melepaskan debris yang sudah terlanjur melekat.
Kedua, penderita akan diminta untuk melakukan posisi kepala tertentu untuk menggiring pecahan batu kembali ke tempatnya.
Akan tetapi metode di atas tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa didukung oleh diagnosa yang baik, oleh karenanya, dilakukan beberapa tes untuk menentukan letak batu sebenarnya dari enam saluran setengah lingkaran, tiga di sisi kanan dan tiga di sisi kiri yang ada dalam alat keseimbangan, yaitu: Tes Putar Leher,
Tes Kanal Horizontal, Tes Kanal Posterior Kanan, dan Tes Kanal Posterior Kiri.
Dalam keadaan sehari-hari, bila keluhan vertigo sulit untuk dilihat, maka dapat berpegang pada rasa vertigo itu sendiri tanpa harus membedakan apakah berasal dari kanal posterior atau kanal anterior. Yang terpenting untuk diketahui adalah reposisi kanalit. Bila kepala pasien diputar ke kanan dan terasa vertigo lebih berat, maka reposisi kepala harus diputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri.
Pengobatan vertigo debris saat ini sangat praktis, aman, dapat hilang dalam beberapa menit, dan tanpa obat. Pengobatannya disebut dengan Canalith Repositioning Therapy (CRT), disertai dengan vibrasi, yang berfungsi untuk mengurangi rasa pusing dan memudahkan reposisi kanal pada pasien. Terapi dianjurkan dilakukan 2 kali seminggu, walau pada kenyataannya banyak pasien sudah merasa sembuh dengan hanya dua kali terapi.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011