Jakarta (ANTARA News) – Kebanggaan akan bangsa terasa tatkala Sang Saka Merah Putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan yang semua ini tentunya berhasil diraih melalui perjuangan berat.
Siaran pers Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) di Jakarta, Rabu, menyebutkan, olahraga di Indonesia telah banyak mengharumkan nama bangsa, baik di dalam maupun luar negeri. Kepiawaian atlet berlaga telah membawa Indonesia memenangkan berbagai penghargaan bertaraf dunia; mulai dari kejuaraan regional, seperti SEA Games hingga Olimpiade. Masyarakat Indonesia pun patut berbangga akan hasil jerih payah para atlet.
"Bangkitnya kembali prestasi olahraga Indonesia merupakan tanggungjawab semua pihak, baik itu pemerintah, swasta, dan masyarakat Indonesia sendiri, serta adanya pembinaan yang berkesinambungan, mulai sejak dini untuk menciptakan atlet-atlet baru," kata mantan petinju nasional, Johni Asadoma dalam diskusi tentang olahraga, di Jakarta (25/10).
"Semua pihak harus menyadari keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah, untuk itu perlu peran swasta yang bisa menjadi bapak angkat untuk cabang-cabang olahraga, yang mampu melengkapi sarana dan prasarana, serta fasilitas lainnya," katanya.
Di sisi lain, katanya, atlet juga harus fokus kepada latihan yang sudah diberikan, dibutuhkan totalitas dari atlet untuk dapat meraih dan mempertahankan prestasi terbaiknya, serta pembinaan karakter yang kuat, yang bisa tetap kosisten dalam memasuki usia pensiunya sebagai atlet.
Peristiwa yang masih ‘hangat’ sebagai salah satu bukti kemunduran prestasi bulutangkis adalah pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2011 yang berlangsung di Wembley, London. Indonesia tidak berhasil meraih satu gelar pun pada kejuaraan tersebut sehingga wakil Indonesia tidak dapat berlaga pada final ajang bergengsi dunia tersebut, Yonex BWF World Badminton Championships 2011.
Pada Kejuaraan Sepak Bola ASEAN -yang diselenggarakan oleh Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF)-, Indonesia belum pernah merasakan medali emas ditangan. Indonesia hanya berpuas diri menjadi 4 (empat) kali runner-up pada kejuaraan ini, yaitu tahun 2000, 2002, 2004, dan 2010. Jika prestasi olahraga di Indonesia mengalami penurunan, bagaimana dengan antusiasme masyarakat?
Sementara itu, Rosiana Tendean mengatakan pemerintah harus segera turun tangan, perlu perhatian yang sangat serius, pembinaan atlet sejak dini, membangun karakter atlet yang selalu haus akan prestasi, tetapi tetap tidak lupa untuk belajar mempersiapkan diri memasuki masa pensiunnya.
"Peran swasta juga sangat diharapkan untuk bisa menampung mantan atlet berprestasi, bisa dengan diterima sebagai pegawai, atau dengan program pembinaan usaha kecil," kata Rosi.
Melihat situasi dan kondisi saat ini, Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) turut prihatin. YOI merasa perlu ikut berpartisipasi membangun olahraga di Indonesia karena YOI sadar bahwa diperlukan kesadaran pribadi untuk ’bergerak dan menggerakkan’ untuk Indonesia Juara.
Untuk itu, YOI memfokuskan program kerjanya di beberapa area penting dalam kebangkitan olahraga di Indonesia, yaitu regenerasi, sarana atau fasilitas, atlet berprestasi dan mantan atlet berprestasi namun hidupnya memprihatinkan.
Terkait masalah ini, Rosi mengatakan YOI sebaiknya fokus ke program bantuan untuk mantan atlet yang hidupnya memprihatinkan, dengan memberikan pembinaan mental usaha, supaya mantan atlet bisa mandiri, tidak perlu sibuk mencari pekerjaan di masa pensiunnya, tetapi sebaliknya, harus bisa juga menciptakan lapangan kerja, dengan mulai berwiraswasta.
YOI telah menunjukkan kepeduliannya terhadap olahraga di Indonesia. Untuk para mantan atlet yang berprestasi namun memiliki kondisi ekonomi yang memprihatinkan, YOI berusaha untuk memberikan bantuan yang bermanfaat. Untuk program-program selanjutnya, YOI sedang mencanangkan beberapa agenda, semua nya ini dilakukan dengan satu tujuan, yaitu Indonesia Juara.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011