Mekkah (ANTARA News) - Semua orang muslim pernah melihat Kabah. Yang beruntung bisa menyaksikannya dengan mata kepala sendiri saat melakukan ibadah haji atau umroh.

Saya, Alhamdulillah, untuk ketiga kalinya saya bisa melihat Kabah dengan mata dan kepala sendiri.

Bersama-sama dengan Naib Amirul Haj, yaitu mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi dan Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mukti, Senin pagi saya tawaf keliling Kabah untuk mengambil umroh sebelum haji nanti pada 10 Dzulhijah yang Insya Allah jatuh pada 6 Nopember 2011.

Setiap kali melihat Kabah hati ini selalu bergetar. Ada perasaan relijius yang bergejolak di dada yang susah dituliskan dalam kata-kata.

Bagi yang belum beruntung dan belum pernah ke Tanah Suci Mekkah paling tidak pernah melihat gambar atau lukisan Kabah di mesjid, sajadah atau di bendera partai.

Kabah yang dikenal setiap Muslim adalah bangunan segi empat di tengah Masjidil Haram. Kabah diselimut kain penutup hitam atau kiswah. Kabah adalah arah menghadap setiap muslim di seluruh penjuru dunia ketika melakukan shalat.

Namun apa yang ada di dalam Kabah tetap sebuah misteri. Jutaan muslim meninggal dunia tanpa tahu ada apa di dalam Kabah, padahal lima kali dalam sehari sepanjang hayatnya mereka shalat menghadap kiblat.

Benda-benda apakah yang ada di dalam Kabah? Bagaimana dinding dan interiornya? Bagaimana susunan arsitekturnya? Adakah kuburan atau benda-benda sejarah disimpan di situ?

Semuanya hanya bisa menduga. Informasi dan ceritanya hanya berdasarkan "katanya, katanya?". Namun tak ada yang yakin seyakin-yakinnya, karena dari 1,6 miliar muslim sedunia hanya segelintir saja yang bisa masuk ke dalam Kabah.

Hanya Raja-Raja Arab Saudi, keluarga kerajaan dan pejabat negara yang bisa masuk ke dalam Kabah saat dicuci dan penutupnya diganti.


Saksikan Kabah dicuci

Pada upacara pencucian Kabah pada 2 Januari 2008, Wakil Presiden Jusuf Kalla termasuk yang diundang untuk menghadiri.

Sebagai wartawan yang ikut rombongan Jusuf Kalla, saya tersanjung bisa menyaksikan prosesi langka itu. Saya memang tidak bisa masuk ke dalam Kabah, tapi saya bisa menyaksikan pencucian Kabah itu dari jarak sangat dekat, yaitu sekitar dua meter saja dari pintu masuk Kabah.

Jadi saya bisa melihat pejabat dan tamu keluar masuk dan sedikit-sedikit mengintip ada apa di dalam Kabah.

Gubernur Mekkah Khalid Al-Faisal memimpin pencucian Kabah dihadiri oleh para ulama terkemuka, pejabat Arab Saudi dan para diplomat yang bertugas di Arab Saudi.

Pemerintah Indonesia diwakili oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedubes RI di Riyadh Sukanto sementara Wapres Jusuf Kalla diundang untuk menyaksikan.

Kabah dicuci dua kali dalam satu tahun, yakni pada tanggal 15 Sha`ban (bulan sebelum bulan puasa, Ramadhan) dan pada pertengahan Muharam , yakni bulan setelah Zulhijah dimana umat Islam menunaikan rukun ke lima Islam untuk naik haji.

Ritual pencucian Kabah dimulai dengan shalat sunnat dua rakaat di dalam Kabah.

Saat berada di dalam Kabah, jemaah boleh shalat menghadap ke mana saja.

Bagian dalamnya lalu dibersihkan dengan kain putih yang dibasahi air mawar, wewangian khas Arab beraroma kayu oud dan parfum beraroma musk, yaitu minyak kelenjar rusa.

Air zamzam dipercikkan ke lantai Kabah kemudian lantai dipel dengan tangan kosong dan daun kurma.

Sebelum memasuki Kabah, Pangeran Khalid melakukan tawaf keliling Kabah tujuh kali dan menyentuh hajar aswad, yaitu batu hitam yang dibawa malaikat dari surga.

Sesudah Pangeran Khalid masuk, baru kemudian tamu-tamu negara menyusul memasuki bagian dalam bangunan berbentuk kubus itu.

Mantan Menteri Agama Tarmizi Taher yang sudah 13 kali mendapat kesempatan memasuki Kabah, pernah mengatakan bahwa dinding dalam Kabah, atap, lantai, serta tiga tiangnya biasa saja seperti dinding batu lainnya.

"Ada ceret dan teko di dalam Kabah. Itu hadiah dari raja, khalifah dan sultan," katanya.

Sisi bagian timur Kabah tingginya l4 meter, sementara sisi barat dan selatan l2,11 meter dan 11,28 meter dari sisi utara.

Lantai bagian dalam dilapisi keramik berwarna, sementara atapnya ditunjang tiga pilar kayu, masing-masing berdiameter 44 cm.

Struktur atap terdiri atas dua lapisan, bagian atas dan bawah, sementara dinding bagian dalam ditutup dengan layar terbuat dari beludru hijau yag diganti tiap tiga tahun sekali.

Pada atap bagian teratas terdapat ventilasi dengan panjang 127 cm dan lebar l04 cm untuk memberikan kesempatan bagi cahaya matahari masuk. Ventilasi ditutup dengan kaca penguat yang dibuka saat acara pencucian.


Dilapisi emas murni

Pintu Kabah yang berada pada 225 cm di atas permukaan tanah, tingginya 310 cm, lebar 40 cm dan panjang 190 cm, terbuat dari kayu yang dilapisi 280 kg emas murni

Pada dinding sebelah Barat yang berhadapan dengan pintu Kabah digantungkan sembilan pigura yang terbuat dari marmer dan bertuliskan nama-nama khalifah yang telah memperbaiki dan memperbarui Kabah yang agung. Kesemuanya itu tertulis setelah Abad 6H.

Sisi Kabah yang lain dilapisi marmer putih setinggi dua meter dan diatasnya ditutupi dengan hordeng warna merah dari kain sutera yang bertuliskan "Syahadatain" dan Asma ul-Husna dalam bentuk angka 8 atau 7 Arab berselang-seling. Kaligrafi tersebut hadiah dari Raja Fahd.

Diantara tiga tiang di dalam Kabah ada tempat untuk meletakkan barang yang terbuat dari perak murni untuk menyimpan barang, seperti antara lain : teko-teko , ceret, pajangan , dan barang-barang bersejarah lainnya yang terbuat dari emas dan perak yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun lalu.

Barang-barang itu merupakan hadiah dari raja-raja, khalifah dan para sultan.


Harganya Rp50 miliar

Kain penutup Kabah seharga Rp50 miliar ini berukuran panjang 14 meter dan lebar 47 meter. Beratnya tak tanggung-tanggung, mencapai 650 kilogram. Ada lima bagian kiswah, yaitu empat bagian yang menutupi keempat sisi Kabah dan satu sisinya menutup pintu Ka`bah.

Biasanya, kiswah dibuat di Mesir dan India, dan diberikan kepada pemerintah Saudi sebagai hadiah.

Di balik kiswah hitam, terdapat kain berwarna putih yang disebut Bithana Kiswah. Gunanya, untuk meresap uap dari dinding Ka`bah dan menghalangi panas yang diserap dari kain kiswah yang berwarna hitam. Tak hanya itu, kain putih ini juga dapat mencegah dinding Ka`bah retak.

Jika ditilik sejarahnya, semasa Nabi Muhammad SAW, Rasulullah pernah menghadiahkan kiswah Al-washail, sekaligus mengiswahi Ka`bah untuk pertama kalinya.

Cara ini kemudian diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, seperti Umar Bin Al-Khatab dan Utsman Bin Affan serta beberapa khalifah Bani Umayyah.

Sekarang, banyak jemaah yang berusaha untuk menggunting sepotong kain penutup Kabah itu untuk berbagai alasan, minimal sebagai souvenir dan kenang-kenangan.

Mereka membawa gunting saat tawaf, ketika berhasil mendekati Kabah, mereka mengguntingnya. Lalu menyelipkan potongan itu dibalik kain ihram. Tukang gunting kiswah umumnya berasal dari Iran, Pakistan atau negara-negara Afrika.

"Yang dari Indonesia juga ada," kata Naib Amirul Haj Abdul Mukti.

(*Akhmad Kusaeni adalah Wakil Pemimpin Redaksi Antara)
(T.A017/A025)

Pewarta: Akhmad Kusaeni *
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011