Kabul (ANTARA News) - Pasukan keamanan hari Minggu menembak mati seorang penyerang bom bunuh diri yang berusaha membunuh Menteri Dalam Negeri Afghanistan Bismullah Khan di sebuah daerah sebelah utara Kabul, kata seorang juru bicara kementerian itu kepada AFP.

Serangan gagal terhadap Khan, tokoh yang memerangi Taliban, dilakukan ketika wilayah utara Afghanistan -- kawasan yang selama satu dasawarsa ini relatif tenang -- mengalami peningkatan kekerasan.

Penyerang berusaha meledakkan bomnya pada konvoi mobil yang dikirim mendahului kendaraan menteri, mungkin beranggapan bahwa Khan berada dalam rombongan tersebut, selama perjalanan menteri dalam negeri itu menuju lembah Panjshir, kata juru bicara Siddiq Siddiqui.

"Saya bisa mengkonfirmasi usaha pembunuhan gagal terhadap menteri, seorang penyerang bom bunuh diri terlibat, tidak ada korban," kata Siddiqui.

Ia menambahkan, menteri ingin pergi ke Panjshir -- sebuah markas gerilyawan anti-Taliban yang diserang bom bunuh diri pertama selama perang Afghanistan pada pekan lalu -- dan konvoi empat mobil dikirim mendahului menteri sebagai langkah pengamanan.

"Di Sayed Khail (sebuah daerah di provinsi Parwan), seorang penyerang bunuh diri berlari ke arah konvoi itu namun ditembak oleh pasukan pengawal sebelum ia sempat meledakkan bomnya," kata Siddiqui.

"Menteri berada dalam konvoi lain sekitar 15 hingga 20 menit di belakang konvoi pertama," tambahnya.

Menurut juru bicara itu, penyerang berusia awal 20-an tahun dan terluka dalam penembakan, namun kemudian tewas akibat luka-lukanya.

Khan adalah mantan komandan perlawanan etnik Tajik anti-Sovyet yang memerangi Taliban bersama pahlawan Afghanistan utara Ahmad Shah Masood dan menjadi menteri dalam negeri pada Juni tahun lalu.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut AFP berdasarkan sumber militer.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011