"Lahir dalam kawasan Stasiun Riset Bekantan dari seekor bekantan betina dewasa kelompok alpha," kata founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation Amalia Rezeki di Banjarmasin, Sabtu.
Ia mengatakan peristiwa langka itu merupakan kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2022. Sebelumnya, tahun 2019 telah lahir tujuh ekor bekantan, sehingga total delapan ekor bekantan yang dilahirkan sejak stasiun riset itu diresmikan tahun 2018.
Baca juga: Yayasan SBI-ULM terus gelorakan penyelamatan bekantan
Menurut Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki, kelahiran bayi bekantan merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Di kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI serta masyarakat nelayan setempat telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di Indonesia.
Amel berharap semua pemangku kepentingan bisa saling membantu satu sama lain menyelamatkan bekantan di kawasan tersebut dengan menjaga habitatnya yang tersisa agar tidak beralih fungsi yang dapat merusak habitat bekantan dan ekosistem hutan mangrove rambai.
Tidak saja bagi upaya penyelamatan bekantan, tetapi juga nasib nelayan tradisional yang bergantung pada sungai serta hutan mangrove sebagai tempat bagi ikan air tawar yang menjadi penghidupan nelayan sekitar.
Baca juga: Universitas Lambung Mangkurat totalitas dukung konservasi bekantan
Untuk menyelamatkan bekantan yang tersisa di kawasan Pulau Curiak, Amel dan tim di SBI melakukan tiga program penting dan strategis di bidang konservasi.
Pertama, membangun "greenbelt" (sabuk hijau) sebagai kawasan penyangga habitat bekantan. Kedua, program "buy back land" atau membeli kembali lahan yang telah beralih fungsi. Ketiga, restorasi mangrove rambai dengan menanam kembali pohon mangrove, khususnya jenis pohon rambai yang merupakan tegakan dan pakan utama bekantan.
Stasiun Riset Bekantan merupakan role model pengelolaan kawasan habitat bekantan di luar kawasan konservasi yang telah berhasil merestorasi habitat bekantan dan melakukan penambahan populasi monyet berwarna oranye dan berhidung panjang secara alami mencapai 100 persen lebih dalam kurun waktu 5 tahun.
Baca juga: Pemprov Kalsel dukung pengembangan konservasi bekantan di Batola
Awalnya pada tahun 2016, populasi bekantan yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan di Pulau Curiak sekitar 14 ekor. Kemudian sampai bulan April 2022 ini telah bertambah menjadi 31 ekor.
Pewarta: Firman
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022