Timika (ANTARA News) - Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan segala bentuk dan praktik kekerasan yang terjadi selama beberapa pekan terakhir di daerah itu.
Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Timika, Pastor Natalis Gobay Pr di Timika, Minggu, menegaskan, penggunaan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah hanya akan melahirkan kekerasan-kekerasan baru.
"Kami minta pemerintah, militer, Freeport dan karyawan untuk duduk bersama dan berdialog guna menyelesaikan masalah yang sedang terjadi saat ini. Persoalan ini harus diselesaikan sesuai porsinya yaitu dengan beruding dan dengan kepala dingin," imbau Pastor Gobay.
Ia mengaku sangat prihatin dengan terus jatuhnya korban jiwa manusia yang tidak berdosa selama beberapa pekan terakhir di Timika. Hal itu bermula sejak terjadi bentrokan antara aparat kepolisian dan karyawan PT Freeport di Terminal Gorong-gorong Timika, Senin (10/10) yang mengakibatkan seorang karyawan PT Pangansari Utama, Petrus Ayamiseba tewas setelah terkena peluru.
Beberapa hari berselang, karyawan Bagian Sentral Servis PT Freeport, Leo Wandegau juga meninggal setelah sebelumnya juga terluka saat terjadi bentrokan di Terminal Gorong-gorong.
Kejadian paling memilukan dialami tiga karyawan PT Puri Fajar Mandiri yang tewas setelah diberondong peluru oleh gerombolan bersenjata tak dikenal saat melintas di Mil 37 Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro, Jumat (14/10).
Aksi penembakan oleh gerombolan bersenjata tak dikenal tidak sampai di situ saja. Pada Jumat (21/10), dua pendulang tradisional dan seorang karyawan PT Kuala Pelabuhan Indonesia juga ikut tewas tertembak di Mil 40 dan Mil 38.
Selain di Timika, aksi kekerasan juga terjadi di Abepura Jayapura dan beberapa tempat lain di Papua.
"Gereja sangat mendukung penyelesaian semua soal di Papua melalui jalan dialog, bukan dengan cara dan bentuk-bentuk kekerasan," tutur Pastor Gobay.
(T.E015/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011