Jeddah (ANTARA News) - Multazam adalah tempat dimana doa ijabah. Setiap doa yang diucapkan di tempat itu akan dikabulkan. Itu janji Allah.
Maka setiap kesempatan ke Tanah Suci, untuk umroh atau haji seperti sekarang ini, saya niatkan untuk ke Multazam. Pengalaman membuktikan beberapa doa yang saya ucapkan di tempat ini dikabulkan. Termasuk doa cepat dapat jodoh yang, Alhamdulillah, mustajab.
Multazam adalah bagian dinding Kabah antara batu hitam dan pintu Kabah. Multazam dalam bahasa Arab berarti bersandar atau menempel. Pada saat Nabi Muhammad SAW menaklukkan Mekkah, Rasulullah bersama para sahabatnya masuk ke Kabah. Di antara batu hitam (hajar aswad) dan pintu masuk Kabah, Nabi menempelkan badan, wajah, tangan dan jari-jarinya ke dinding Kabah. Di sana Nabi dan para sahabat berdoa.
Itulah asal mula mengapa tempat itu kemudian disebut Multazam atau "place of clinging" dalam Bahasa Inggris. Di sana para jemaah haji boleh berdoa apa saja sesuka hati dan Allah menjanjikan akan mengabulkannya.
Tidak ada doa khusus yang harus dibacakan oleh jemaah haji. Buku panduan manasik haji tidak spesifik merujuk kepada doa apa yang harus dibacakan di Multazam. Padahal di tempat-tempat lain, seperti Safa Marwa, Mina, Arafah, ada doa-doa khusus yang dianjurkan dibaca jemaah.
Artinya, di Multazam jemaah boleh minta naik pangkat, murah rejeki, sampai enteng jodoh. Allah berfirman: "Berdoalah padaku, maka akan kukabulkan".
Pada waktu umroh tahun 2008, saya berkesempatan untuk berada di Multazam dengan leluasa. Meskipun jemaah umroh yang sedang tawaf bejubel, oleh karena saya ikut rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla, maka untuk beberapa menit askar mengamankan lokasi Multazam khusus untuk rombongan kami.
Saya dengan mudah merengkuh Kabah. Saya tempelkan badan di dindingnya. Saya cium kiswah seraya merentangkan kedua tangan dan 10 jari menyentuh kain penutup Kabah. Saya berdoa sebanyak-banyaknya. Semua keinginan saya tumpahkan. Apa saja yang terlintas di kepala, saya ucapkan dalam doa. Oleh karena diyakini sebagai tempat yang mustajab, maka saya panjatkan keinginan dengan sungguh-sungguh. Sekhusuk-khusuknya.
Titip doa
Uniknya, dasar wartawan suka nyeleneh, habis berdoa untuk kepentingan sendiri, saya telepon ponakan saya di Jakarta untuk ikut berdoa. Ia gadis yang baru saja putus sama pacarnya yang sudah dikenalnya bertahun-tahun. Waktu mau berangkat umroh, ponakan saya titip agar didoakan di depan Kabah untuk segera dapat jodoh.
"Saya bosan pacaran Oom, doakan saya enteng jodoh ya. Saya mau cepat nikah saja," kata si ponakan. Tak usahlah saya sebut namanya.
Saya teringat pesan ponakan saya itu dan segera saya meneleponnya. Ketika nyambung, saya sampaikan bahwa saya sedang berada di Multazam, sebuah tempat dimana semua doa ijabah. Saya minta si ponakan untuk berdoa sendiri. Saya aktifkan speakerphone . Saya dengar ia berdoa dengan sepenuh hati dan dengan suara bergetar minta agar mendapat pasangan hidup yang baik.
Alhamdulillah wa syukurillah. Doa si ponakan terkabul. Enam bulan kemudian ia menikah tanpa pacaran yang berarti. Sekarang ia dan suaminya hidup berbahagia dengan satu orang puteri berusia tiga tahun yang cantik dan pintar. Dalam waktu dekat, mereka akan hijrah untuk bermukim di Dubai, karena si suami mendapat tugas baru di perusahan ternama di Uni Emirat Arab. Berkah. Mustajab.
Mustajab berarti terkabul. Banyak tempat yang diyakini orang sebagai tempat yang mustajab dimana jika orang berdoa di tempat tersebut maka doanya pasti dikabulkan. Selain di Multazam, ada lagi di Raudah, yaitu di sekitar makam Nabi Muhammad SAW di kompleks Mesjid Nabawi, Madinah.
Saya katakan kepada ponakan saya bahwa meskipun ada janji Allah bahwa setiap doa akan dikabulkan di Multazam dan Raudah, sesungguhnya doa yang paling dikabulkan adalah doa dari orang yang dianiaya, yang berikhtiar, dan bersih dari dosa-dosa besar.
Jadi, kalau orang yang berdoa itu tidak pernah ikhtiar, apalagi tidak pernah benar-benar tobat dari kebiasaan buruknya, mau ke Multazam atau Raudhah setiap haripun tidak ada gunanya.
Bukit Kasih Sayang
Khusus untuk minta jodoh, sebetulnya ada tempat yang jemaah haji biasa menyampaikan hasrat agar memperoleh pasangan yang baik atau bagi yang sudah bersuami/ beristeri berdoa agar kehidupan mereka kekal sampai maut memisahkan mereka. Tempatnya di Jabal Rahmah yang arti harfiahnya adalah Bukit Kasih Sayang.
Jika Jabal Nur dengan Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, maka Jabal Rahmah adalah tempat bertemunya kembali Adam dan Hawa, pasangan manusia pertama, setelah berpisah di dunia selama 200 tahun.
Jabal Rahmah berbentuk tugu di atas sebuah bukit. Saya sering mendengar cerita keajaiban mengenai orang-orang yang mendapat jodoh setelah menuliskan namanya di tugu kasih sayang itu. Mungkin mirip dengan jembatan cinta di Rusia dan Eropa dimana para pasangan dan pengantin menulis nama mereka di sebuah gembok yang digantungkan di tiang besi jembatan.
Sewaktu dua kali umroh pada 2006 dan 2008, saya tidak sempat ke Jabal Rahmah. Tapi pada musim haji sekarang ini, saya bersemangat sekali untuk bisa datang ke Bukit Kasih Sayang itu. Ada dua alasan mengapa saya harus ke Jabal Rahmah.
Pertama, staf saya di kantor minta saya menuliskan di tugu itu namanya dan nama pacarnya dengan lambang hati di tengahnya.
"Jangan lupa ya pak. Tulis X LOVE Y. Biar kita cepet nikah," kata si staf itu. Lagi-lagi nggak perlu saya tulis namanya.
Kedua, saya juga ingin menuliskan: "OE LOVE TANTI". Itu
"nickname" saya dan nama isteri saya persis seperti yang tertulis di kartu undangan perkawinan kami pada 3 Oktober 1993, atau sekitar 18 tahun lalu.
Ustadz pemandu haji sering mengatakan jika perkawinan kita ingin langgeng; ingin sakinah, mawaddah dan rahmah sampai kakek-nenek; ingin hidup "happily ever after" seperti akhir cerita dongeng Hans Christian Andersen; maka tulislah nama kita dan pasangan kita di tugu itu.
"Niscaya perkawinan akan bahagia selama-lamanya dan kita akan menjadi pasangan dunia dan akhirat,? kata sang Ustadz.
Amiiinnn?
(*Akhmad Kusaeni adalah Wakil Pemimpin Redaksi Antara)
(A017/A011)
Pewarta: Akhmad Kusaeni *
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011