Yogyakarta (ANTARA News) - Puluhan ribu warga yang memadati sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta pada Sabtu malam, seakan dibawa menjelajahi berbagai keajaiban dunia saat menyaksikan kemeriahan Jogja Java Carnival (JJC) 2011.
Berbagai kendaraan hias yang merepresentasikan berbagai keajaiban dunia ditampilkan secara unik karena dihasilkan dari cipta, rasa, dan karya masyarakat Yogyakarta.
Misalnya saja, komunitas Hakka menampilkan replika tembok besar China lengkap dengan sejumlah penampil yang mengenakan kostum dewa dan dewi yang dipercayai masyarakat setempat.
Tim dari Art Merdeka tampil dengan tema "Disco Troya" lengkap dengan replika kuda kayu raksasa dan juga sekelompok penampil dari binaragawan Yogyakarta yang mengenakan kostum khas pasukan perang Yunani.
Kelompok Mulya Karya menampilkan tema "Serigala Babylonia". Sebuah istana berbentuk kotak berwarna putih, lengkap dengan replika tumbuhan palem, bunga dan serigala menjadi inti dari penampilan kelompok tersebut.
Jogja Broadway menampilkan patung Liberty. Alih-alih terbuat dari logam atau batu, patung Libery karya seniman Yogyakarta tersebut justru terbuat dari berbagai perabot rumah tangga seperti ember, panci, tempat sampah dan kemoceng.
Sanggar Dewata tampil dengan tema "Memorabilia of Moses" yang direpresentasikan dengan piramida dan sphinx.
Sedangkan kendaraan hias dari peserta lomba juga tidak kalah menarik dibanding kendaraan hias dari panitia penyelenggara.
Jogja Java Carnival yang digelar dengan tema "Magniworld" tersebut tidak hanya menjadi milik warga Kota Yogyakarta, karena ada sejumlah daerah di Indonesia dan negara sahabat yang juga mengirimkan utusannya untuk berpartisipasi.
Salah satunya adalah Suriname dan kaum ekspatriat yang tinggal di Kota Yogyakarta, serta sejumlah kota di Indonesia seperti Kediri, Surabaya, Kota Waringin Timur, dan juga Solo.
Di panggung utama, kegiatan Jogja Java Carnival 2011 dibuka dengan tarian bertajuk "Jogja untuk Indonesia" yang dikemas dalam pertunjukan tari medley melibatkan 178 penari.
Tarian tersebut terdiri dari empat tarian garapan baru dan enam tarian pendek dari berbagai daerah di Indonesia, kemudian ditutup dengan tarian "Jogja Kokoh".
Di dalam sambutannya, Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto mengatakan, hari ulang tahun harus dimaknai sebagai penanda bagi daerah untuk melakukan introspeksi terhadap masa lalu karena menjadi mata rantai tak terpisahkan dalam perkembangan sebuah wilayah.
"Hari ulang tahu harus menjadi sarana mawas diri untuk merancang masa depan di Kota Yogyakarta yang berlandaskan pluralisme," katanya.
Sementara itu, gelaran Jogja Java Carnival sebagai puncak acara ulang tahun ke-255 Kota Yogyakarta menunjukkan kecintaan masyarakat terhadap Yogyakarta.
"Seluruh kreasi yang ditampilkan dalam JJC merupakan hasil proses kreatif seniman yang dibangun atas budaya Yogyakarta. Yogyakarta adalah rumah seni untuk semua," katanya yang juga berharap Kota Yogyakarta semakin kokoh sebagai Kota Pariwisata berbasis budaya.
Usai memberikan sambutan, Wali Kota Yogyakarta kemudian menyerahkan desain besar (grand design) rencana jangka panjang pengembangan JJC kepada Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang akan menjadi kepala daerah mendatang.
"Grand design" tersebut berisi rancangan JJC di masa yang akan datang yang terbagi dalam empat periode yaitu, 2008-2011, 2012-2016, 2017-2022, dan 2023 hingga seterusnya.
Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan kegiatan tersebut menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta adalah kota yang berbudaya dan penuh toleransi.
Ia pun berharap, Yogyakarta akan tetap memiliki kharisma sebagai Kota Budaya. "Untuk penyelenggaraan di masa yang akan datang, diharapkan tetap akan meraih sukses," katanya.
(U.E013/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011