Sanaa (ANTARA News) - Setidaknya lima orang tewas dalam pertempuran seru di ibu kota Yaman antara pasukan Presiden Ali Abdullah Saleh dan pasukan seterunya, Sabtu, sehari setelah PBB mendesak pemimpin itu mundur.
Para saksi mata dan koresponden AFP di Sanaa mengatakan ledakan-ledakan terdengar di seluruh Sanaa dan asap tebal dan api terlihat membubung di atas beberapa permukiman tempat pasukan oposisi berpangkalan.
Seorang korsponden AFP mengatakan ambulan-ambulan keluar dari distrik Hasaba, kampung pemimpin suku Sheikh Sadeq al-Ahmar dan saudara-saudaranya, yang pasukannya bertempur melawan pasukan Saleh selama berminggu-minggu.
Distrik yang porak poranda akibat perang itu telah menjadi kota hantu, ditutup oleh pasukan Saleh, dengan tidak seorangpun diizinkan masuk atau ke luar, kata seorang koresponden AFP di lokasi itu.
Para petugas medis mengatakan lima tentara yang membangkang tewas dan "belasan" orang lainnya cedera, termasuk para warga sipil yang tidak bersenjata.
Jenderal pembangkang Ali Mohsne al-Ahmar yang membelot Maret lalu untuk mendukung protes-protes anti-pemerintah menuduh aksi kekerasan Sabtu itu dilakukan Saleh dan menyerukan masyarakat internasional melakukan campur tangan.
Ia mendesak masyarakat internasional melakukan tindakan "yang menentukan dan segera" untuk memaksa Saleh mundur atau memikul risiko "satu perang saudara."
Dalam satu pernyataan jendral itu menuduh presiden memberikan perintah-perintah kepada para putranya dan keluarganya yang memimpin pasukan militer elit negara itu menyerang dengan segala macam senjata... dan membersihkan distrik Hasaba dan menghancurkan segala yang mereka temukan.
Di daerah Taman Perubahan, tempat ribuan pemrotes berkemah yang menuntut Saleh mundur, bentrokan sengit meletus antara pasukan Saleh dan para tentara yang membelot yang setia pada jendral itu.
Jendral itu dan pemimpin suku, keduanya mantan sekutu kuat Saleh kini menjadi musuh bebuyutannya, memberikan dukungan mereka pada aksi protes yang dipicu oleh krisis politik itu.
Aksi kekerasan Sabtu itu terjadi sehari setelah Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui satu rsolusi yang mengecam "keras" serangan-serangan pasukan pemerintah yang mematikan terhadap para pengunjuk rasa dan mendukung satu rencana negara-negara Teluk agar Saleh mengakhiri kekuasaa 33 tahunnya.
Ratusan orang tewas sejak aksi protes terhadap Saleh meletus akhir Januari.
(Uu.H-RN/C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011