Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berharap kekerasan yang terjadi di Libya sejak beberapa bulan terakhir bisa segera diakhiri, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene di Jakarta, Jumat.
"Kita harapkan situasi terakhir di Libya bisa mendorong berakhirnya tindak kekerasan dan konflik bersenjata yang masih berlangsung di beberapa wilayah di negara itu," kata Michael.
Dia mengatakan bahwa diharapkan rakyat Libya bisa segera mulai menggulirkan proses politik untuk menentukan masa depan mereka dengan cara yang demokratis.
Michael juga mengatakan bahwa Indonesia yang sudah melalui proses transformasi dari negara otoriter ke sistem yang lebih demokratis siap membantu Libya melewati masa transisi ke arah negara demokrasi.
"Kita selalu siap berbagi pengalaman jika negara yang bersangkutan menghendaki," katanya menegaskan.
Moammar Gaddafi dikabarkan tewas pada Kamis (20/10) dalam sebuah serangan yang dilakukan oleh pasukan koalisi Libya di kampung halaman Ghaddafi di Sirte, kata juru bicara Dewan Peralihan Negara (NTC).
"Kami mengumumkan kepada dunia bahwa Gaddafi tewas di tangan revolusi," kata Abdel Hafez Ghoga di kota Benghazi, Libya timur.
Komandan NTC menyatakan bahwa salah satu putra Gaddafi, Mutassim, juga tewas di Sirte.
"Kami menemukannya tewas. Kami menaruh jasadnya dan jasad (mantan menteri pertahanan) Abu Bakr Yunis Jabar di ambulans untuk membawanya ke Misrata," kata Mohamed Leith.
Pemberontak NTC berperang tujuh bulan, dengan korban 25.000 jiwa, dan menumbangkan orang kuat itu. Mereka bersorak sesudah mendengar kabar tersebut, yang mengikuti berita sebelumnya bahwa Gaddafi tertangkap.
(A051/M026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011