Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia menuju kerugian mingguan pada Jumat, karena prospek kenaikan suku bunga global yang agresif akhirnya mulai mengguncang investor, sementara obligasi jatuh dan dolar tampak bersiap untuk minggu terbaik dalam sebulan.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang stabil di perdagangan pagi dan jatuh sekitar 1,5 persen untuk sejauh minggu ini. Indeks Nikkei Jepang turun 0,2 persen pada Jumat pagi menuju kerugian mingguan hampir 3,0 persen.
Reli yang terlambat telah mengangkat indeks Wall Street secara moderat, tetapi semuanya juga turun untuk minggu ini yang dipimpin oleh penurunan 2,5 persen untuk Nasdaq yang sensitif terhadap suku bunga.
Pembuat kebijakan Federal Reserve siap untuk mulai memotong kepemilikan aset bank sentral mulai Mei dan siap untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi 50 basis poin sekaligus untuk mengekang inflasi, risalah rapat dan pernyataan dari pejabat menunjukkan minggu ini.
Perang di Ukraina dan gelombang kejut yang ditimbulkannya melalui harga-harga komoditas, serta kerusakan rantai pasokan yang berkepanjangan dari pandemi telah menambah lebih banyak tekanan pada harga konsumen dan menambah rasa perubahan besar dalam tren.
"Gabungkan itu ... dan premi risiko ekuitas, tidak peduli di pasar mana, telah bergerak naik," kata Lirong Xu, kepala investasi di Franklin Templeton Sealand Fund Management di Shanghai. "Dan suku bunga tidak akan turun lebih jauh."
"Dua dekade terakhir membawa inflasi yang rendah dan dunia yang relatif damai. Ke depan, konflik geopolitik dapat menjadi semakin tidak stabil dan lebih berdampak pada ekonomi seluruh dunia."
Risiko kemarahan populis dalam pemilihan presiden Prancis juga telah mengirimkan kegelisahan melalui pasar - menyeret surat utang Prancis dan euro - menjelang putaran pertama pemungutan suara pada Minggu (10/4/2022).
Kemenangan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen atas petahana Emmanuel Macron, meskipun masih tidak mungkin, sekarang dalam margin kesalahan, jajak pendapat menunjukkan dan euro turun ke level terendah satu bulan di 1,0858 dolar pada perdagangan pagi.
Di tempat lain obligasi pemerintah jangka panjang telah menanggung beban penjualan minggu ini di pasar obligasi yang berdarah karena para pedagang melihatnya paling terpukul oleh pemotongan kepemilikan obligasi oleh Fed.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 25 basis poin (bps) menjadi 2,6409 persen minggu ini, dan stabil di perdagangan Asia pada Jumat pagi. Imbal hasil 30-tahun naik 22 basis poin.
Dolar AS telah menjadi penerima manfaat utama dan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya mencapai level tertinggi hampir dua tahun di 99,904 pada Jumat pagi.
Dolar yang lebih kuat, dan penurunan harga minyak dengan pasokan yang dilepaskan dari cadangan, juga telah mendorong mata uang komoditas dari puncak baru-baru ini dan melipatgandakan tekanan pada yen yang kesulitan. Mata uang Jepang mendekati level terendah dalam beberapa tahun dan berada di bawah tekanan di 124,23 per dolar.
Minyak mentah berjangka Brent stabil di 100,56 dolar AS per barel dan minyak mentah berjangka AS bertahan di 96,17 dolar AS per barel.
Ada juga beberapa titik cerah, dengan bank dan penambang kelas berat Australia bertahan selama seminggu dan kontrak berjangka Eropa dan FTSE berjangka membukukan kenaikan sekitar 0,8 persen pada Jumat pagi.
"Lingkungan suku bunga lebih tinggi yang terjadi melalui siklus kenaikan akan terus menguntungkan saham murah terhadap ekuitas pertumbuhan dan memberikan pandangan yang lebih konstruktif untuk sektor-sektor seperti keuangan," kata Clara Cheong, ahli strategi di J.P. Morgan Asset Management yang berbasis di Singapura.
Baca juga: Saham Asia tergelincir karena Fed yang "hawkish" dan dolar menguat
Baca juga: Saham Asia jatuh, investor pantau pengetatan Fed dan sanksi baru Rusia
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022