Brussel (ANTARA News) - Uni Eropa (EU) hari Kamis mendesak penguasa sementara Libya mendorong rekonsiliasi luas di negara itu setelah kematian pemimpin terguling Muamar Gaddafi dan menawarkan bantuan untuk membangun kembali negara tersebut setelah perang.
Ketua dewan negara anggota EU Herman van Rompuy dan ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, dialog antara seluruh elemen masyarakat Libya diperlukan untuk peralihan yang berhasil menuju demokrasi, lapor Reuters.
"Berita kematian Muamar Gaddafi menandai berakhirnya era kezaliman dan penindasan yang telah begitu lama dialami rakyat Libya," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
"Kami mendesak Dewan Transisi Nasional (NTC) mendorong proses rekonsiliasi luas yang menjangkau semua orang Libya dan memungkinkan peralihan yang demokratis, damai dan transparan," katanya.
Sejumlah pejabat NTC mengatakan, Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis. Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli dua bulan lalu mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.
"Jika dikonfirmasi, maka kematiannya akan menutup masa tragis dalam kehidupan begitu banyak orang Libya," kata ketua kebijakan luar negeri EU Catherine Ashton dalam sebuah pernyataan.
Ashton mengatakan, negara-negara Eropa akan terus mendukung NTC dalam upaya membangun kembali Libya setelah perang delapan bulan yang menterlantarkan ratusan ribu orang.
"Kami sudah membantu masyarakat sipil dan kami kini bekerja sama dengan mitra-mitra internasional untuk menjawab kebutuhan Libya pasca konflik," katanya dalam pernyataan itu. "EU akan tetap menjadi mitra kuat dan berkomitmen pada masa datang."
EU telah memberikan bantuan kemanusiaan lebih dari 150 juta euro (205 juta dolar) kepada Libya.
Gaddafi (68), yang diumumkan tewas Kamis, berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.
Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.
Dewan itu kini dalam proses memindahkan pemerintah mereka ke Tripoli dari markas sebelumnya di Benghazi, setelah mencapai kemenangan-kemenangan atas pasukan Gaddafi.
NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muamar Gaddafi.
Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.
Negara-negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya antara lain China, Rusia, Mesir, Chad, Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol dan AS.
Gaddafi, pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011