Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah sedang menyiapkan paket kebijakan perbaikan ekonomi dalam berbagai segi untuk mendorong berkembangnya investasi yang menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi.
"Nanti akan ada paket iklim investasi untuk memperbaiki iklim investasi dari berbagai segi. Ini masih dalam proses," kata Menko Perekonomian Boediono di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dalam jangka menengah, pendorong pertumbuhan ekonomi yang terbaik adalah adanya investasi yang didukung iklim investasi yang kondusif.
"Kita akan meningkatkan investasi sesuai dengan keadaan yang wajar. Konsumsi itu kan berasal dari income dan income itu berasal dari adanya investasi," katanya.
Kepada masyarakat bisnis, tambah Boediono, pemerintah perlu memberikan suatu kebijakan yang konsisten sehingga memberi kepastian bagi mereka untuk berusaha.
"Jadi apa yang kita katakan akan kita laksanakan. Ini penting karena menyangkut kepercayaan," katanya.
Menanggapi laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2005 mencapai 5,6 persen, Boediono mengatakan, angka tersebut sudah lebih tinggi dari sebelumnya.
"Itu sudah lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kita tidak bisa meloncat begitu saja. Dibanding dengan negara-negara sekitar kita ya lumayan, padahal selama 2005 banyak masalah yang dihadapi seperti tsunami dan harga minyak yang tiba-tiba melonjak," katanya.
Ditanya apakah pemerintah akan merevisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang menetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6 persen, Boediono mengatakan, RPJM menyangkut perencanaan jangka menengah dan pemerintah akan berupaya mencapai sebaik mungkin.
"Memang lebih tinggi lebih baik. Sasaran jangka menengah itu kan antara 6,0 hingga 7,0 persen. Itu pertumbuhan yang cukup untuk menyerap angkatan kerja dan mengurangi kemiskinan. Kita upayakan mencapai ke arah itu," katanya.
Ia mengatakan, pada tahun-tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi merupakan kunci untuk mencapai kemajuan ekonomi di tanah air di samping mempertahankan stabilitas makro ekonomi.
Sebelumnya, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2005 sebesar 5,60 persen atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi 2004 yang sebesar 5,05 persen.
Menurut BPS, pertumbuhan PDB terjadi di hampir semua sektor ekonomi, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,97 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,59 persen dan bangunan 7,34 persen.
Sektor keuangan tumbuh 7,12 persen, listrik, gas dan air tumbuh 6,49 persen, jasa-jasa tumbuh 5,16 persen, industri pengolahan 4,63 persen, pertanian 2,49 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian 1,59 persen.
Secara triwulanan, pertumbuhan triwulan IV 2005 dibandingkan dengan triwulan III 2005 menurun atau minus 2,18 persen, sementara pertumbuhan triwulan IV 2005 dibanding triwulan IV 2004 mencapai 4,90 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 2005, didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga 3,95 persen, konsumsi pemerintah 8,06 persen, pembentukan modal tetap bruto 9,93 persen, ekspor 8,60 persen dan impor 12,35 persen.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 65,41 persen, konsumsi pemerintah 8,24 persen, pembentukan tetap bruto atau investasi fisik 21,97 persen, serta ekspor 33,54 persen, dan impor sebesar 29,21 persen.
Sedangkan PDB per kapita pada tahun 2005 mencapai Rp12.450 dengan laju peningkatan 19,11 persen dibanding PDB per kapita 2004. Sementara Produk Nasional Bruto (PNB) juga meningkat 19,53 persen dari Rp10.091 pada tahun 2004 menjadi Rp12.061 pada tahun 2005.
PDB lebih banyak terjadi di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sebesar 83 persen dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) 17 persen. DI KBI tiga propinsi terbesar yang menyumbang PDB adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Sedangkan di KTI, kontribusi terbesar dari Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006