Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai Indonesia perlu menerapkan perekonomian terbuka di tengah konflik antara Rusia dengan Ukraina.
"Yang perlu Indonesia lakukan adalah tetap mempertahankan perekonomian terbuka dan tidak protektif, seperti yang sudah kita pelajari dari pandemi kemarin," ujar Yose dalam diskusi daring "Konflik Rusia-Ukraina: Sanksi Ekonomi dan Implikasi Global, Regional, dan Lokal", Kamis.
Yose mengatakan, selain keterbukaan ekonomi Indonesia harus dengan aktif mencari sumber pasokan bahan pokok dan penting alternatif, dari negara di luar Rusia dan Ukraina.
Menurutnya, meskipun Rusia adalah salah satu eksportir terbesar dunia tapi masih ada pemasok bahan pokok penting lain
"Dalam kondisi sekarang ini kita akan kalah dibandingkan negara lain. Kita akan kalah dalam mengamankan sumber pasokan tadi, karena kita tidak mau mengimpor dan tetap kekeuh tidak mau menggunakan dari luar Rusia," ungkapnya.
Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempersiapkan kebijakan moneter dan fiskal yang lebih berhati-hati atau dengan kata lain menyeimbangkan kebijakan moneter dan fiskal.
Menurutnya kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif akan mendorong perekonomian tetap prudent untuk mencegah inflasi lebih tinggi lagi.
Selain itu, Indonesia juga harus membuat jaring pengaman sosial lebih efektif untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga terhadap daya beli masyarakat.
"Kita tahu bahwa kenaikan harga akan merugikan masyarakat banyak, akan menimbulkan sosial impak yang cukup tinggi tetapi kita juga tahu ada sebagian yang mendapatkan benefit dari harga kenaikan harga dan bagaimana kita bisa mengakomodasi dan juga menyalurkan keuntungan itu sehingga bisa membantu jaring pengaman sosial," tutupnya.
Baca juga: Bank Dunia pangkas perkiraan PDB Asia Timur 2022 karena perang Ukraina
Baca juga: Inggris: Dunia harus bertindak hentikan 'pembunuhan massal' di Ukraina
Baca juga: Warga Peru protes lonjakan harga gas, pupuk akibat perang di Ukraina
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022