"Ukraina pemasok gandum nomor 2 di Indonesia, yang pertama adalah Australia. Tahun lalu Ukraina memasok 27 persen dari kebutuhan gandum yang sebesar 11,5 juta, sedangkan Rusia hanya 0,03 persen di 2021," kata Adhi dalam diskusi daring "Konflik Rusia-Ukraina: Sanksi Ekonomi dan Implikasi Global, Regional, dan Lokal", Kamis.
Menurutnya pemerintah perlu mencari negara alternatif pemasok gandum karena Ukraina dan Rusia memasok 30 persen dari kebutuhan gandum dunia pada 2021.
"Dengan gangguan 30 persen gangguan pasokan tersebut akan banyak sekali negara yang berebut untuk ketersediaannya. Dan ini harus diantisipasi meskipun ada informasi bahwa panen gandum tahun ini sebetulnya cukup baik," katanya.
Berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Internasional (Food and Agricultural Organisation/FAO) harga bahan pangan telah meningkat sekitar 20 persen karena pandemi COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina.
Kenaikan harga tersebut, kata Adhi, terus berlanjut terutama untuk sereal, minyak sayur, gandum, daging, dan dairy product, yang juga terjadi di dalam negeri.
"Ini menunjukkan kenaikan harga tidak bisa dihindari, mau tidak mau harus diatur dan diantisipasi agar ketersediaan pangan terjaga," ucapnya.
Pemerintah juga perlu memperkuat struktur dan ekosistem industri, terutama industri makanan dan minuman serta industri agro, di dalam negeri dengan mendorong industri hulu untuk menyediakan bahan baku.
Baca juga: Gapmmi: Industri makanan dan minuman bakal tumbuh 5-7 persen pada 2022
Baca juga: Inovasi kunci produsen mamin bertahan di tengah pandemi
Baca juga: Gapmmi dorong UMKM Indonesia promosikan produk halal di pasar ekspor
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022