Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Arianti Anaya optimistis penerapan Navigasi Pasien Kanker (NAPAK) di Indonesia memberikan keyakinan kepada pasien kanker untuk menjalani pengobatan di dalam negeri.

"Saat ini masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri. Kerja sama ini merupakan upaya meningkatkan kepercayaan pasien kanker di Indonesia untuk berobat di dalam negeri," kata Arianti Anaya dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat.

NAPAK merupakan pengembangan konsep perawatan pasien kanker yang melibatkan tenaga profesional untuk mendampingi pasien dan keluarga sejak awal memulai proses perawatan di rumah sakit. Tidak hanya dalam sisi medis, tapi juga memberikan informasi, konseling hingga merujuk ke bagian pelayanan yang tepat.

Meski NAPAK telah diakui berperan untuk menjembatani berbagai kesenjangan dan mengatasi beragam kebutuhan dalam sistem perawatan kanker di sejumlah negara, tapi belum diterapkan dalam sistem perawatan pasien kanker di Indonesia.

Bertepatan dengan Hari Kesehatan Dunia 2022, Roche Indonesia bersama Pusat Kanker Nasional Dharmais dan Tata Memorial Centre (TMC) India, hari ini menandatangani perjanjian kemitraan program peningkatan kapasitas untuk membangun layanan NAPAK profesional rumah sakit di Indonesia.

"Kerja sama ini penting bagi Indonesia dalam peningkatan kapasitas SDM. Kami harap bisa meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan sebagai pelayanan pasien kanker yang terintegrasi," kata Arianti.

Presiden Direktur Pusat Kanker Nasional Dharmais Soeko Werdi Nindito mengatakan umumnya 70 persen pasien kanker di Indonesia datang ke rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut. Ini membuktikan sistem deteksi dini kanker belum berjalan baik.

"Kami bangga dapat bermitra dengan Roche dan Tata Memorial Centre dalam program peningkatan kapasitas NAPAK ini dan kami yakin hal ini akan mendukung misi kami untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien di Indonesia dengan diagnosis, pengobatan dan perawatan paliatif yang tepat waktu," katanya.

Metode perawatan pasien kanker yang dikembangkan oleh Dr. Harold Freeman (1990) di Harlem, AS, itu dirancang untuk menghilangkan hambatan dalam mendapatkan skrining, diagnosis, pengobatan dan perawatan paliatif yang tepat waktu.

Navigasi pasien dalam bentuk bantuan individual ini ditawarkan kepada pasien, keluarga dan pengasuh ketika mengatasi hambatan pada sistem perawatan kesehatan.

Peran navigasi pasien ini juga dapat memfasilitasi akses yang tepat waktu terhadap perawatan kesehatan dan psikososial yang berkualitas dari pra-diagnosis sampai di setiap fase pengobatan kanker.

TMC adalah institusi pertama di dunia yang menawarkan KEVAT - sebuah program diploma pascasarjana satu tahun di bidang navigasi onkologi. TMC sudah berkolaborasi dengan Tata Institute of Social Sciences, yang menawarkan program sarjana dan pascasarjana di bidang edukasi sosial, untuk mengembangkan kurikulum dan pelatihan tentang navigasi pasien.

TISS memberikan edukasi dari aspek psikososial perawatan pasien, sementara TMC menangani pelatihan dari aspek klinis. Diploma ini ditawarkan bersama oleh TMC dan TISS. Program yang sama ini sudah disesuaikan untuk keperluan di Indonesia.

Dalam kemitraan ini, TMC membawa serta keahlian yang mereka miliki di NAPAK. TMC telah lama mendirikan NAPAK sebagai “Kevat” dan mengintegrasikannya di dalam sistem layanan rumah sakit mereka.

Program pelatihan intensif di Indonesia akan dilakukan dengan model pembelajaran bauran yang menggabungkan tutorial daring, pelatihan praktek di TMC, diikuti dengan pelatihan praktek di rumah sakit yang berpartisipasi di bawah supervisi para ahli. Setelah menyelesaikan program, peserta akan mendapatkan gelar diploma gabungan dari TMC & TISS.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022