Depok (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengatakan bahwa liberasasi agama perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat mengakibatkan dampak buruk dalam kebangsaan.

"Liberalisasi agama memiliki dampak yang bahaya bagi Aqidah Islam terutama diklanagan kaum muda," kata Hasyim dalam acara "Training of Trainers" Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia di Pesantren Al-Hikam, di Depok, Kamis.

Ia mengatakan liberalisasi agama telah menjadikan objek sasarannya pada dua ormas besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Secara makro liberalisasi agama adalah bagian dari liberalisme ekonomi, liberalisme politik dan lainnya.

Menurut dia organisasi Jaringan Islam Liberal (JIL) meminta agar subsidi untuk minyak di cabut, sehingga menjadi pertanyaan kenapa liberalisasi agama dikaitkan dengan liberalisasi ekonomi. Dengan istilah segitiga liberal yaitu liberalisme agama, liberalisme politik dan ekonomi.

Hasyim Muzadi yang menjabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) International Conference of Islamic Scholar (ICIS) ini menilai Indonesia saat ini dipojokkan dan diganggu.

Dikatakannya demokrasi yang sudah berjalan saat ini mendapatkan ujian. Ibarat perahu, kita ini diombang-ambing di tengah laut lepas dibiarkan tanpa ada penunjuk arah.

Ia mengatakan salah satunya adalah melalui Islam yang moderat yaitu antara liberal dan radikal. Dengan kata lain, sambungnya, NU yang terkenal moderat bisa menjadi jalan tengah diantara dua gerakan tersebut.

Dikatakannya hal tersebut bisa melalui cara mengumpulkan khazanah pemikiran walisongo dan ulama untuk didokumentasikan secara baik.

Sementara itu, Mantan Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Asad said Ali mengatakan liberalisasi agama membahayakan tatanan kehidupan, karena segala sesuatu dinilai berdasarkan dengan materi.

Dia menconthkan dikalangan barat sering menggunakan istilah "Time is Money". Istilah tersebut, menjadikan segala sesuatu dinilai dari sisi materi saja.

"Ini tentunya dapat mengikis dan membahayakan karakter budaya kitam" ujarnya.

Dikatakannya mengubah pola pikir melalui jati diri sendiri sebagai bangsa Indonesia dalam konteks kebangsaan. "Islam rahmatan lil alamin merupakan solusi," ujarnya.

(F006)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011