Jakarta (ANTARA News) - Indonesia melalui konsorsium Kadin Indonesia melakukan ekspor perdana satoimo (talas Jepang) ke Negeri Sakura tersebut sebanyak satu kontainer 40 feet seberat 25 ton. "Ini baru langkah awal dan akan dilakukan ekspor berikutnya setiap bulan sebanyak 25 ton dan langsung masuk ke supermarket-supermarket di Jepang," kata Ketua Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang, Ariful Y Hidayat di Jakarta, Kamis. Dikatakannya, proyek ekspor satoimo ke Jepang tersebut dirintis sejak tiga tahun lalu atas prakarsa Kadin Indonesia Komite Jepang, karena produksi satoimo terus menurun di negeri asalnya, akibat biaya produksi yang semakin tinggi dan faktor musim yang tidak memungkinkan petani Jepang menanam satoimo setiap tahun. Menurut Ariful, konsumsi satoimo di Jepang mencapai tiga kilogram per kapita per tahun dan dengan asumsi penduduk Jepang mencapai sekitar 120 juta, maka kebutuhan satoimo di negeri tersebut mencapai 360 ribu ton per tahun. Namun, sejak 1996 produksi satoimo di negeri itu terus menurun mencapai 250 ribu ton, sehingga kekurangan pasokannya sebesar 110 ribu ton, yang harus diimpor dari negara lain yakni Cina dengan kemampuan pasok sebesar 65 ribu ton per tahun. "Ada peluang bagi Indonesia untuk memenuhi sisa kebutuhan satoimo masyarakat Jepang sebesar 45 ribu ton dan sejak tiga tahun lalu mulai dikembangkan produksi satoimo di Indonesia dan baru tahun ini berhasil di ekspor," ujar Ariful. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ia menargetkan lahan satoimo seluas 70 hektar saat ini yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan melibatkan petani setempat bahkan pesantren. Pada 2007 diharapkan bisa meningkat menjadi 1.000 hektar, katanya. "Tahun berikutnya (2008) diharapkan luas lahan pertanian satoimo bisa meningkat menjadi 3.000 hektar, agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Jepang," katanya. Menurut Ariful, satu hektar lahan satoimo biasa dikerjakan oleh lima petani dan dengan target lahan mencapai 3.000 hektar maka diperkirakan bisnis itu bisa menyerap 15 ribu petani, di samping tenaga kerja lain untuk sektor pengolahan yang mencapai 11.250 orang. Ia berharap dengan bantuan pemerintah dan dukungan perbankan maka target tersebut bisa dicapai, karena selama ini modal kerja produksi satoimo hanya berasal dari konsorsium tanpa pinjaman bank. Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat yang hadir pada acara ekspor perdana itu mengatakan, produksi dan ekspor satoimo merupakan salah satu dari realisasi kerjasama ekonomi Indonesia-Jepang (EPA) khususnya di bidang pertanian. "Jepang terkenal paling ketat untuk impor produk makanan, dan ini bisa menjadi terobosan untuk komoditas lainnya," ujar Hidayat. Kadin sendiri menargetkan setelah proyek satoimo, pihaknya tengah menjajaki ubi Cilembu untuk diekspor ke Jepang.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006