Kalianda (ANTARA News) - Petugas pemantau Gunung Anak Krakatau, Andi Suardi, menyampaikan bahwa aktivitas kegempaan gunung itu masih tinggi, mencapai 6.340 kali dalam sehari.
"Hari ini kegempaan diperkirakan masih sama dengan kemarin, yakni antara tiga sampai lima kali dalam semenit," katanya di Desa Hargaopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Kamis.
Ia mengatakan, sampai sekarang aktivitas gunung tersebut masih tinggi dalam empat hari terakhir karena sebelumnya kegempaan sempat turun dengan kerapatan tiga sampai empat kali semenit, dan terkadang turun dua kali dalam semenit.
"Gunung Anak Krakatau cenderung fluktuatif, namun beberapa hari ini aktivitasnya masih tinggi," katanya.
Menurut dia, sampai saat ini belum terjadi erupsi dari gunung itu, dan hanya mengeluarkan awan tipis dari puncaknya. Badan gunung lebih sering tidak tampak, karena tertutup kabut permukaan laut.
Penyebab tingginya kegempaan tersebut, kata dia karena material vulkanik di dapur magma masih tersumbat, sehingga tidak bisa erupsi menyemburkan material panas.
"Jika terjadi erupsi, kemungkinan besar jumlah kegempaan akan berkurang, dan tidak serapat sekarang," katanya.
Ia memastikan gunung ini berpotensi mengeluarkan letusan, meskipun berkekuatan rendah, dengan jarak maksimal dua sampai tiga kilometer, atau masih di sekitar badan gunung itu, sesuai karakter gunung yang bentuk badannya terus membesar.
Meski demikian, kata dia, para nelayan tetap melaut di sekitar gunung saat malam hari, karena bagi mereka aktivitas seperti itu sudah menjadi fenomena biasa setiap tahun, dan selama ini masih aman.
"Nelayan dan wisatawan hendaknya tetap waspada dengan menjaga jarak aman, karena tidak dapat dipastikan kapan gunung itu erupsi," katanya.
Pada 2010 aktivitas gunung ini juga meningkat, namun terjadi erupsi yang disertai gempa vulkanik dalam, dangkal, tremor serta hembusan, tetapi sekarang tidak sama sekali.
"Gunung Anak Krakatau masih aman bagi warga sekitar, tetapi hendaknya tetap wasapada untuk mengantisipasi aktivitas mendadak di luar perkiraan yang bisa mengancam keselamatan warga," katanya.
(ANT-048/M008)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011