Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat ada 11 perusahaan yang telah berkomitmen dan sudah mempersiapkan proyek hilirisasi batu bara mereka hingga tahun 2030, sebagai langkah mendukung program transisi energi untuk menuju target emisi nol bersih.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan peningkatan nilai tambah melalui teknologi hilirisasi merupakan upaya mengganti energi batu bara yang tinggi emisi karbon agar bisa lebih ramah lingkungan.

"Saat ini sudah tercatat 11 perusahaan yang komit sudah mempersiapkan proyek hilirisasi batu baranya hingga tahun 2030 dan akan menyusul dua perusahaan lagi," kata Lana dalam diskusi publik Indef bertajuk "Keekonomian Gasifikasi Batu Bara" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Menperin dukung proyek gasifikasi batu bara jadi metanol di Indonesia

Sebanyak 11 perusahaan batu bara yang sudah menyatakan komitmen untuk menggarap proyek hilirisasi adalah PT Bukit Asam yang menggarap gasifikasi ke dimetil eter, PT Kaltim Prima Coal dan PT Kaltim Prima Coal kerja sama proyek gasifikasi ke metanol, PT Arutmin Indonesia garap gasifikasi ke metanol, serta PT Kendilo Coal Indonesia juga menggarap gasifikasi ke metanol.

Selanjutnya ada PT Multi Harapan Utama yang menggarap proyek hilirisasi semi kokas, PT Adaro Indonesia rencana gasifikasi metanol/dimetil eter, PT Kideco Jaya Agung garap gasifikasi batu bara bawah tanah, dan PT Berau Coal rencana gasifikasi menjadi metanol/dimetil eter.

Kemudian, PT Megah Energi Khatulistiwa garap hilirisasi batu bara semi kokas, PT Thriveni garap pengembangan batu bara dan briket, serta PT Bukit Asam garap proyek hilirisasi batu bara menjadi briket.

Hingga tahun 2045 dua tambahan perusahaan yang akan melaksanakan proyek hilirisasi batu bara adalah PT Mandiri Inti Perkasa dan Borneo Indobara.

Baca juga: Proyek gasifikasi dianggap hanya untungkan industri batu bara

Lana menjelaskan program pengembangan dan pemanfaatan batu batu bara berupa gasifikasi akan menghasilkan metanol, dimetil eter, syngas, amonia, hidrogen, dan olefin.

Teknologi hilirisasi likuefaksi batu bara akan menghasilkan produk berupa bensin dan solar, teknologi hilirisasi briket menghasilkan produk biomassa dan briket terkarbonisasi, teknologi cokes making menghasilkan produk batu bara metalurgi, teknologi pengembangan menghasilkan batu bara untuk kelistrikan dan industri.

Adapun teknologi ekstraksi batu bata menghasilkan produk hilirisasi berupa material maju, logam tanah jarang, asam humat, dan asam fulvat; teknologi fasilitas pencampuran menghasilkan produk kelistrikan dan penerapan batu bara bersih pada pembangkit; teknologi CCS/CCUS akan menghasilkan produk hilirisasi yang bisa menurunkan emisi karbon dioksida.

Kementerian ESDM memproyeksikan Indonesia memiliki sumber daya batu bara sebanyak 91,6 miliar ton dengan cadangan mencapai 31,7 miliar ton.

Pada 2021 realisasi produksi batu bara dalam negeri mencapai 614 juta ton atau 98,2 persen dari target 625 juta ton. Sedangkan realisasi pemanfaatan batu bara domestik tercatat sebanyak 133 juta ton atau 96,7 persen dari target 137,5 juta ton.

Baca juga: Pemerintah maksimalkan hilirisasi batu bara jadi produk dimetil eter
Baca juga: Faisal Basri: gasifikasi batu bara bukan energi terbarukan

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022