"Saat ini kita belum menggunakan teknologi yang memadai, sehingga perubahan iklim bisa sangat mempengaruhi produksi pangan di Indonesia," ujarnya saat menghadiri peringatan Hari Pangan Sedunia ke-31 di kantor Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ), Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Kamis.
Menurutnya, iklim tidak bisa dikendalikan sehingga pemerintah dan petani harus mencari alternatif teknologi khususnya di bidang pertanian yang mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut serta inovatif.
Sejauh ini, lanjutnya, Indonesia masih mampu bertahan dan menciptakan kemandirian pangan di tengah krisis harga pangan dunia yang berkelanjutan dengan adanya krisis finansial dan ekonomi.
Untuk itu, kata dia, Hari Pangan Sedunia menjadi momen penting dalam membangkitkan kesadaran dan perhatian masyarakat dalam penanganan masalah pangan baik di tingkat global, regional maupun nasional.
HPS diperingati oleh 186 negara anggota Food and Agriculture Organization (FAO), termasuk Indonesia yang memperingatinya secara nasional setiap 16 Oktober bertepatan dengan tanggal terbentuknya FAO.
HPS di Provinsi Gorontalo resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI Boediono, Direktur Jenderal FAO James McGrane, Menteri Pertanian RI, Menteri Kehutanan serta 19 duta besar dan konjen sejumlah negara sahabat.
Kegiatan tersebut digelar 20-23 Oktober 2011, dengan sejumlah agenda yakni tur diplomatik, seminar nasional ketahanan pangan, lomba cipta menu dan pameran teknologi.
(T.D015/M031)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011