Seluruh sikap politik dan kebijakan di AS telah bergeser, dan pasar mulai menyadarinya.
Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia tergelincir pada Kamis pagi, sejalan dengan aksi jual global, karena pasar ketakutan oleh suara yang lebih agresif dari pembuat kebijakan AS tentang perlunya kebijakan moneter yang lebih ketat, yang juga membuat dolar mendekati level puncak dua tahun.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,53 persen dan indeks Nikkei Jepang anjlok 1,9 persen.
"Seluruh sikap politik dan kebijakan di AS telah bergeser, dan pasar mulai menyadarinya," kata Redmond Wong, ahli strategi pasar di Saxo Markets Hong Kong.
Baca juga: Saham Asia jatuh, investor pantau pengetatan Fed dan sanksi baru Rusia
"Perhatian telah benar-benar beralih ke pengetatan kuantitatif setelah semua pembicara Fed dan risalah kemarin, dan tujuannya adalah untuk memperketat kondisi keuangan dan menekan permintaan agregat. Saya pikir Fed bersedia menerima beberapa kelembutan dan ingin mendinginkan pasar tenaga kerja, tidak seperti di masa lalu mereka ingin melindunginya."
Risalah pertemuan Fed 15-16 Maret yang dirilis Rabu (6/4/2022), menunjukkan kekhawatiran yang mendalam di antara para pembuat kebijakan bahwa inflasi telah meluas ke seluruh perekonomian.
Gubernur Federal Reserve AS Lael Brainard mengatakan pada Selasa (5/4/2022) bahwa dia mengharapkan pengurangan cepat pada neraca bank sentral.
Wong mengatakan bahwa dalam jangka panjang suku bunga riil yang positif akan baik untuk ekonomi global, tetapi dalam jangka menengah akan ada repricing aset.
Semalam, ketiga indeks utama saham AS jatuh dengan Komposit Nasdaq yang paling terpukul, kehilangan 2,22 persen. Di perdagangan Asia, indeks S&P 500 berjangka turun 0,26 persen dan Nasdaq berjangka turun 0,22 persen.
Yang juga ada di benak investor adalah situasi di China, yang sedang bergulat dengan wabah baru COVID-19.
Baca juga: Saham Inggris setop untung 3 hari, indeks FTSE 100 jatuh 0,34 persen
Shanghai, yang saat ini dikunci di seluruh kota, melaporkan hampir 20.000 kasus baru pada 6 April - sebagian besar tanpa gejala - kata pemerintah setempat pada Kamis.
Saham unggulan China (CSI300) turun 0,4 persen, meskipun indeks acuan Hong Kong (HSI) datar, didukung oleh pengembang daratan setelah pemerintah daerah melonggarkan pembatasan pada sektor properti.
Obligasi pemerintah AS telah dijual tajam menjelang rilis risalah Fed sebelum kembali stabil.
Imbal hasil obligasi obligasi pemerintah AS 10-tahun sedikit berubah di awal perdagangan Asia pada Kamis di 2,590 persen, sementara imbal hasil obligasi 2-tahun sedikit lebih lemah di 2,4511 persen, membuat bagian kurva imbal hasil yang diawasi ketat ini sedikit lebih curam setelah memulai minggu dengan terbalik.
Di pasar mata uang, prospek pengetatan kuantitatif di Amerika Serikat membuat dolar mendekati level tertinggi dua tahun terhadap sekeranjang mata uang.
Indeks dolar juga didukung oleh mundurnya mata uang komoditas dari tertinggi baru-baru ini karena penurunan harga minyak. Euro juga telah jatuh ke level terendah satu bulan, terbebani oleh apa yang disebut analis ING sebagai "ancaman ganda" dari dampak ekonomi sanksi baru terhadap Rusia dan ketidakpastian tentang hasil pemilihan Prancis.
Namun, harga minyak naik pada Kamis setelah jatuh ke level terendah tiga minggu sehari sebelumnya, setelah negara-negara konsumen besar mengatakan mereka akan melepaskan minyak dari cadangan untuk melawan pengetatan pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent naik 1,5 persen menjadi 102,55 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 1,3 persen menjadi 97,35 dolar AS per barel.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022