Ghazala bint Nasser al-Balawi dijatuhi hukuman mati setelah terbukti bersalah membunuh Ali al-Shehri dengan menyiramkan bensin dan membakar rumahnya, setelah mengunci pria itu di dalam bangunan tersebut dalam keadaan tertidur, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita SPA, lapor AFP.
Dengan eksekusi terakhir itu, jumlah orang yang dihukum pancung di Arab Saudi menjadi sedikitnya 65 pada tahun ini.
Rabu (12/10), Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengumumkan, dua wanita Saudi dan dua pria Yaman dihukum pancung dengan menggunakan pedang Rabu karena kasus-kasus pembunuhan terpisah.
Suad binti Hosni al-Enzi dan saudaranya, Muna, dinyatakan bersalah membunuh Namsha binti Khozaim al-Enzi setelah memasuki rumahnya, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi SPA.
Suad menikam wanita itu hingga tewas, sementara Muna memegangi putri korban agar ia tidak bisa menyelamatkan ibunya, kata pernyataan itu.
Kedua wanita itu dieksekusi di Riyadh.
Dalam kasus lain, dua pria Yaman, Ali bin Hasan bin Naji al-Hamdi dan Molatef bin Mohammed bin Naji al-Hamdi dihukum setelah menyerbu sebuah rumah di dekat kota kawasan Laut Merah, Jeddah, dan membunuh seorang penjaga Ethiopia, kata kementerian itu.
Kedua terpidana Yaman itu dieksekusi di Jeddah.
Selasa (11/10), kantor HAM PBB mengungkapkan keprihatinan pada Arab Saudi atas eksekusi 10 orang, termasuk delapan warga Bangladesh, dan mendesak negara kerajaan itu membekukan hukuman mati.
Kedelapan orang Bangladesh itu dipancung Sabtu (8/10) karena mencuri barang dari sebuah gudang dan meninggalkan penjaganya yang berkebangsaan Mesir tewas.
Pada hari yang sama, dua warga Saudi juga dipancung.
Amnesti Internasional juga mengungkapkan keprihatinan atas pelaksanaan hukuman mati di negara kerajaan tersebut.
Arab Saudi "memulai lagi eksekusi-eksekusi pada kecepatan yang mengkhawatirkan", kata Amnesti Internasional pada September, dengan menambahkan bahwa sekitar 140 tahanan diperkirakan berada dalam daftar hukuman mati di negara kerajaan tersebut.
Organisasi yang bermarkas di London itu mengatakan, Arab Saudi adalah salah satu dari sejumlah kecil negara yang menentang resolusi Majelis Umum PBB pada Desember lalu yang mendesak moratorium hukuman mati di seluruh dunia.
Pemerkosaan, pembunuhan, kemurtadan, perampokan bersenjata dan penyelundupan narkoba bisa dikenai hukuman mati sesuai dengan hukum Islam di negara Arab yang kaya minyak itu. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011