New York (ANTARA) - Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan penurunan tajam antara lain pada saham-saham teknologi, setelah risalah pertemuan Federal Reserve Maret mempertajam fokus investor pada rencana bank sentral AS untuk memerangi inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average berkurang 144,67 poin atau 0,42 persen, menjadi menetap di 34.496,51 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 43,97 poin atau 0,97 persen, menjadi berakhir di 4.481,15 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 315,35 poin atau 2,22 persen, menjadi ditutup di 13.888,82 poin.
Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen non-primer dan teknologi masing-masing tergelincir 2,63 persen dan 2,55 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor utilitas terangkat 2,0 persen, menjadikannya kelompok berkinerja terbaik.
Nasdaq yang padat teknologi mencatat penurunan lebih dari 2,0 persen untuk hari kedua berturut-turut.
Risalah pertemuan Fed 15-16 Maret menunjukkan para pembuat kebijakan berkumpul di sekitar rencana untuk memotong neraca besar-besaran bank sentral secepatnya bulan depan.
Indeks-indeks utama Wall Street telah melemah menjelang rilis risalah, membangun penurunan dari hari sebelumnya ketika komentar Gubernur Fed Lael Brainard meningkatkan kekhawatiran tentang tindakan Fed yang lebih agresif untuk melawan inflasi.
"The Fed bertekad untuk mengendalikan inflasi, dan kami hanya berharap dan berdoa bahwa akan ada soft landing ekonomi dan bukan hard landing yang mengirim kita ke dalam resesi," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder.
Indeks Wall Street telah turun tajam untuk hari kedua berturut-turut sebelum risalah yang diawasi ketat, karena investor terus mencerna pernyataan Brainard sejak Selasa (5/4/2022).
Brainard mengatakan dia mengharapkan kombinasi kenaikan suku bunga dan pengurangan neraca yang cepat untuk membawa kebijakan moneter AS ke "posisi yang lebih netral" akhir tahun ini.
"Dia adalah salah satu anggota FOMC yang lebih dovish dan karenanya dia tampil agresif dalam mengatasi tekanan inflasi dengan pengetatan dan kebijakan suku bunga yang lebih agresif, saya pikir itu membuat pasar sedikit lengah dan saya pikir Anda melihat itu berlanjut hari ini," kata Anthony Saglimbene, ahli strategi pasar global di Ameriprise.
Prospek Fed yang lebih hawkish menyebabkan awal tahun yang sulit untuk ekuitas, dan khususnya saham teknologi dan pertumbuhan yang valuasinya lebih rentan terhadap imbal hasil obligasi yang lebih tinggi. Krisis Ukraina telah menambah kekhawatiran, terutama tentang memburuknya inflasi karena harga-harga komoditas melonjak.
Sekitar 12,6 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 13 miliar selama 20 sesi terakhir.
Baca juga: Wall Street jatuh tersandung saham teknologi
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022