Agar dapat melek finansial dan menangkal crazy rich palsu, literasi keuangan tentunya sangatlah penting, terutama bagi pekerja baru dan masyarakat dengan tanggungan keluarga

Jakarta (ANTARA) - Tren orang-orang kaya yang mempertontonkan hartanya di media sosial belakangan ini sedang marak, sehingga ada sebutan tersendiri bagi golongan tersebut yakni crazy rich. Namun, rupanya ada beberapa crazy rich yang memperlihatkan harta bukan milik mereka alias palsu.

Setiap orang tentunya menginginkan kehidupan tentram dengan dompet yang aman, tak peduli lajang ataupun sudah berkeluarga. Tetapi dengan menjadi crazy rich palsu semua itu tidak bisa dicapai karena hanyalah settingan semata, yang pada akhirnya bisa saja merugikan diri sendiri.

Sebenarnya, untuk menjadi seorang crazy rich bukanlah hal yang tidak mungkin meski memang diperlukan kerja keras dan melek finansial.

Menurut Gerakan Literasi Nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melek finansial adalah kecakapan dalam mengaplikasikan pengetahuan terkait konsep dan risiko agar mampu mengambil keputusan efektif terkait finansial, sehingga kesejahteraan finansial meningkat, baik individu maupun sosial dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

Secara umum, pengertian melek finansial adalah kemampuan untuk mengelola finansial secara teratur dengan sejumlah ilmu pengetahuan dan keterampilan, agar mampu mencapai kesejahteraan hidup.

Untuk dapat melek secara finansial, Bank OCBC NISP menyarankan beberapa langkah ampuh yang bisa dilakukan, misalnya mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan dunia keuangan.

Mempelajari dunia keuangan bukan berarti wajib mengambil kuliah di jurusan keuangan, namun cukup mempelajari dengan rajin melalui buku, materi digital, atau berita terkait keuangan.

Membiasakan membuat perencanaan keuangan tiap bulan juga menjadi salah satu langkah ampuh mewujudkan melek finansial. Perencanaan keuangan ini akan membantu agar lebih berhati-hati dan disiplin saat membuat pengeluaran.

Selain itu, saat melakukan perencanaan keuangan, alokasi seimbang untuk kebutuhan sehari-hari, keinginan, dan tabungan juga dapat dilakukan dengan baik.

Langkah lainnya adalah dengan mengingat kembali target yang ingin dicapai untuk menahan keinginan menghamburkan uang. Melalui cara tersebut, semangat untuk mempelajari bagaimana memanfaatkan uang dengan lebih baik dan mengembangkannya agar jumlahnya bertambah akan kembali ke dalam diri masing-masing.

Memprioritaskan kebahagiaan jangka panjang merupakan cara mewujudkan melek finansial selanjutnya. Orang-orang yang mengutamakan kebahagiaan jangka pendek akan menghambur-hamburkan pendapatannya tanpa pikir panjang dan tidak akan peduli jika uang yang dimiliki habis demi hal-hal yang tidak bermanfaat.

Akan tetapi, orang-orang dengan prioritas kebahagiaan jangka panjang akan berpikir dua kali sebelum membeli sesuatu. Dibandingkan untuk menyenangkan diri di masa sekarang, seseorang dengan literasi keuangan yang tinggi akan mengutamakan kesejahteraan di masa mendatang.

Lebih lanjut, persiapan tabungan untuk dana darurat juga sangat diperlukan agar melek finansial, terutama guna mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kebutuhan pengeluaran tidak terduga. Jika tidak digunakan, dana darurat akan menjadi cadangan tabungan yang dapat dipakai memenuhi kebutuhan lain di masa depan.

Selain itu, mempelajari investasi adalah salah satu cara mewujudkan melek finansial dengan cepat. Faktanya, menyimpan uang saja tidak cukup, karena uang yang disimpan tanpa diinvestasikan akan tergerus inflasi.

Dengan belajar investasi secara konsisten, seseorang dapat mempelajari cara mengembangkan pendapatan melalui pendanaan ke sektor-sektor produktif.

Terakhir, langkah mewujudkan melek finansial yang tak kalah ampuh adalah menerapkan Ikigai atau prinsip hidup orang Jepang agar hidup lebih bermakna. Filosofi ini mengajarkan untuk hidup secara seimbang dari hal yang finansial, keinginan, kebutuhan, dan kemampuan yang dimiliki.

Dengan menerapkan prinsip Ikigai, hidup akan lebih tenang dan tentram, karena menjalani hidup berdasarkan kebijaksanaan, bukan hanya berfoya-foya memenuhi kesenangan.


Literasi keuangan

Agar dapat melek finansial dan menangkal crazy rich palsu, literasi keuangan tentunya sangatlah penting, terutama bagi pekerja baru dan masyarakat dengan tanggungan keluarga.

Literasi keuangan diperlukan seiring maraknya digitalisasi agar seseorang mampu mengelola keuangan secara teratur. Dengan informasi dan wawasan tentang keuangan, alokasi finansial dapat terdistribusi secara lebih bijak dan terencana, sehingga terciptanya kondisi keuangan yang sehat dan seimbang.

Alasan lainnya mengapa literasi keuangan diperlukan yaitu untuk mengurangi risiko menjadi korban penipuan karena edukasi tentang keuangan membuat seseorang memiliki banyak pengetahuan terkait keuangan.

Pengetahuan tentang keuangan tentunya akan membantu menyeleksi produk atau layanan finansial asli dan mana yang merupakan bentuk penipuan, agar masyarakat bisa menghindarkan diri dari kerugian.

Dalam jangka panjang, literasi keuangan pun akan membantu masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dan ketentraman hidup.

Meski di fase-fase awal mempelajari keuangan, Anda mungkin harus meluangkan waktu untuk mempraktikkan ilmunya. Akan tetapi, kesusahan ini akan terbayarkan dengan kondisi finansial lebih baik.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019, menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 76,19 persen.

Hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia secara umum belum memahami dengan baik karakteristik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan formal, karena adanya jarak yang cukup besar antara literasi keuangan dan inklusi keuangan.

Berdasarkan wilayah, untuk perkotaan tingkat literasi dan inklusi keuangan mencapai 41,41 persen dan 83,6 persen, sementara di pedesaan adalah 34,53 persen dan 68,49 persen.

Hasil tersebut menggambarkan baik dari sisi pemahaman maupun penggunaan produk atau layanan keuangan, masyarakat yang berada di pedesaan masih cukup tertinggal dibandingkan masyarakat yang tinggal di wilayah kota.

Hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut juga menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, tingkat literasi dan inklusi keuangan laki-laki sebesar 39,94 persen dan 77,24 persen, relatif lebih tinggi dibanding perempuan yang sebesar 36,13 persen dan 75,15 persen.

Diketahui pula, persentase literasi keuangan responden berdasarkan sektor keuangan paling tinggi diduduki oleh sektor perbankan dengan nilai sebesar 36,12 persen, yang disusul sektor asuransi sebesar 19,4 persen.

Sementara itu persentase literasi keuangan terendah berdasarkan sektor jasa keuangan ada di lembaga keuangan mikro sebesar 0,85 persen.

Dengan demikian, pengetahuan mayoritas masyarakat Indonesia di sektor jasa keuangan masih terbatas hanya di produk perbankan dan belum banyak mengetahui mengenai sektor jasa keuangan lainnya seperti pasar modal, asuransi, industri pembiayaan dan investasi, dan sebagainya,

Maka dari itu, literasi keuangan merupakan keterampilan yang penting dalam rangka pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan individu, perlindungan konsumen, dan peningkatan inklusi keuangan.

Dalam peningkatan literasi keuangan, OJK memiliki komitmen tinggi sehingga menyusun Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025.

Arah strategis dalam SNLKI 2021-2025 disusun berdasarkan tiga pilar program strategis SNLKI (Revisit 2017), yaitu Cakap Keuangan, Sikap dan Perilaku Keuangan yang Bijak, serta Akses Keuangan.

Baca juga: Indef: Cegah penipuan investasi lewat literasi keuangan dan digital
Baca juga: BEI: Rendahnya literasi keuangan di pasar modal masih jadi tantangan
Baca juga: Perkembangan internet belum mampu pacu pertumbuhan literasi keuangan

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022